Custom Search

Minggu, 15 Maret 2009

CINTAKU HANYA SATU

Oleh: sinta

“Salma..bangun sayang!ayo kita shalat subuh nak..”terdengar suara ibu membangunkanku,lalu akupun bangun.Bapak,ibu,aku,dan adiku ali melaksanakan shalat subuh berjamaah.Alhamdulilah shalat 5 waktu dan berjamaah tidak pernah kami lewatkan.
“Ibu,bapak..Salma dan ali pamit berangkat sekolah dulu”.Pamitku pada ibu dan bapak sambil mencium tanganya.
“Iya hati-hati di jalan ya nak..”.Pesan ibu
“Iya bu…asalamualaikum…”
“Waalaikum salam wr.wb”Jawab ibu dan bapak
Aku dan ali berangkat sekolah bersama,aku duduk di kelas satu sma sedangkan ali duduk di bangku smp kelas satu.Aku memang bukanlah siswa paling pintar di kelas tapi ilai-nilaiku cukup memuaskan.Aku juga aktif di organisasi sekolah seperti osis dan rohis.Aku harus rajin an sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu,selain karena ibadah aku ingin membuat orangtuaku bangga.
Aku sangat bangga dengan orang tua ku,yang selalu mengajari aku hidup sederhana dan selalu mengingatkan aku agar selalu menjalankan perintah-Nya.Orngtuaku termasuk orang yang uat agama dan ibadahnya.Meskipun kami bukanlah orang yang berada,bapak hanyalah pegawai negeri biasa.Tapi kedua orangtuaku memiliki keinginan yang sampai saat ini belum terwujud yaitu menunaikan rukun islam yang ke lima yaitu pergi haji,namum tiada yang tidak mungkin ,mereka selalu memohon dan berdoa kepada allah swt agar niat mereka terkabbul,walau bukan saat ini.
“Eih bu Isma..senangya punya anak kaya sis alma,sudah anaknya baik,shalehah,rajin,nurut sama orang tua,cantik pula,bikin iri aja”.Puji ibu nia
“Alhamdulilah bu nia…itu semua aamanah dari allah swt,saya hanyya menjaga dan merawat amanah itu dengan baik”.Jawab ibu
Sore harinya ibu menceritakan hal itu padaku,dalam hati aku bangga dan senang,tapi hal itu tak lantas membuatku menjadi sombong.Memang bukan hanya ibu nia saja yang memujiku ,sudah banyak tetapi aku menganggapnya semua itu adalah nikmat karuni dari allah swt yang harus aku syukuri.
Satu dalam sepanjang hidupku ,aku tidak pernah yang namanya pacaran,bukanya aku sok alim tapi dalam islam memang tidak mangenal pacaran.Tapi aku pernah merasakan indahnya cinta yaitu cintaku pada allah swt ,cintaku pada rasululah saw,cintaku pada orangtua dan keluarga.Aku sangat mencintainya mungkin lebih dari nyawaku.
Mungkin kalau di suruh memilih lelaki seperti apa yang aku idamkan,aku akan menjawab,lelaki itu wajahnya rupawan seperti nabi Yusuf.Orangnya kaya sekaya nabi Sulaiman.Dan yang paling penting hati ,akhlak,dan perbuatanya sebersih dan sesuci nabi muhamad saw.Owwhh….mungkin tidak ada laki-laki sesempurna itu di dunia ini.Hanya allah swt lah yang paling sempurna.
Aku memang sangat takut dengan dosa,aku selalu berusaha menjauh dari hal-hal yang berbau dosa,walaupun pada akhirnya aku hanyalah manusia biasa yang tak luput dari dosa.Tapi setidaknya aku sudah berusaha.Karena aku cinta pada allah swt aku tidak ingin melanggar perintahnya apalagi aku harus meninggalkan agamaku ini.
Akhir-akhir ini aku sangat sedih ,bagaimana tidak….bapak sakit parah yang membuatnya berbaring di atas kasur,uang kami tidak cukup untuk biaya pengobatan bapak.Ibu sangat bingung mencari pinjaman kesana kemari,namun belum membuahkan hasil.Uang sekolahku pun terpaksa tidak dibayar.
Hingga suatu hari datanglah pendeta kerumahku,pendeta itu sangat kaya raya.Aku tidak tahu apa maksud pendeta itu datang ke rumahku.Ia menemui ibu da bapak di kamar bapak,aku pun iktu mendengrkan pembicaraan mereka.
“ibu dan bapak mungkin kaget,mengapa saya berkunjung kerumah anda,saya hanya ingin menjenguk pak hadi yang sedang sakit,kalau boleh saya tahu pak hadi ini sakit apa?”.Tanya pendeta itu.
“Terima kasih pak wili berkenan menjenguk bapak,sudah 3 bulan bapak sakit lever”.Jawab ibu.
“kenapa penyakit bapak dibiarkan sampai parah begini,kenapa tidak di bawa ke rumah sakit untuk di obati”.Tanya pak pendeta.
“Kami tidak ada uang untuk mengobati penyakit bapak ,saya sudah mencari pinjaman tapi tidak mendapatkanya.”jawab ibu.
“Ibu isma…saya akan menobati penyakit bapak,semua biaya akan saya tanggung .Tapi ada satu syarat”.
“Apa syaratnya?”
“Tidak muluk-muluk saya Cuma mengingnkan kalian sekeluarga pindah agama ke agama saya”
“Tidak….berapapun jumlah uang uang anda berikan saya tidak akan pindah agama.”
”Apa anda tega melihat suami anda terbaring lemah tanpa daya terus manerus,apa tidak ingin melihat suami anda sembuh?tidak hanya uang untuk mengobati penyakit bapak saja yang saya berikan tapi saya akan menyekolahkan kedua anak anda.”
Bapak yang dari tadi hanya diam kini angkat bicara
“Tidak…lebih baik saya sakit terus daripada saya dan kelarga saya harus pindah agama,lebih baik saya mati tapi dalam keadaan islam daripada sembuh tapi saya harus murtad”
“owh begitu rupanya kalian ini memang sombong dan keras..dasar orang miskin tidak tahu diri..”.
“kalau anda kesini hanya untuk meminta kami murtad anda salah tempat,sampai matipun kami akan selalu dalam islam,lebih baik anda sekarang angkat kaki dari rumah saya”kata ibu sambil mempersilahkan pendeta pergi.
“Baik….tapi asal kalian tahu tdak ada lagi orang yang mau membantu anda .Dasar orang sombong”
“Cepat pergi dari sini…”
“dengar pendeta biadab kami masih punya allah swt yang akan selalu membantu kami”.teriak ibu.
“Aku tak habis pikir masih ada orang seperti itu yang mengandalkan uang untuk membeli agama.Tapi alhamdulilah iman keluargaku masih kuat sahingga kami tidak harus pindah agama”Gumamku dalam hati.
“salma……salma….sini cepet.”panggil ibu
Aku langsung menemui ibu di kamar
“ada apa bu?’
“Bapak………………..bapak kenapa bu…”
“Laailahailalah…”tuntun ibu pada bapak.
“Lha…ila..ha..illalah”suara bapak dengan terbata-bata
“Bapakk………….”teriaku
Inalilahiwainailaihirajiun bapak telah di panggil oleh allah.Aku,ibu dan ali hanya bisa menangis.Tapi alhamduilah bapak meninggal dalam keadaan khusnul khatimah.
Semoga allah menempatkan bapak di sisinya sebagai orang yang beriman.
Seperti kata bapak”Ingatlah allah akan menempatkan orang yang mencintainya di dalam batas perlindungan-Nya.Dan segala puji bagi allah karena sebelum ajal datang menjemput bapak tetap dalam islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar