Custom Search

Selasa, 10 Maret 2009

YA ALLOH YA TUHAN KAMI!!!

Oleh: Puji Sarastina


“Qodqomatisholah,qodqomatisholah…Lailahaillalloh!!”. Terlihat di depan masjid tergeletak gerobak sayur yang kusuh dan kusam. Pemiliknya sedang menunaikan sholat maghrib dengan warga sekitar. Setelah beberapa lama barulah terdengar puji-pujian yang menandakan bahwa ibadah mereka akan segera usai. Satu persatu orang muslim keluar dan pulang menuju rumah masing-masing. Demikian pemilik gerobak tersebut. Beliau langsung bergegas pulang. Usianya yang telah renta membuat perjalanannya semakin terasa panjang. Setelah tiba di rumahnya,pedagang sayur keliling itu langsung meletakkan gerobaknya di samping rumah yang tempat itu memang sengaja dibuat untuk gerobak kesayangannya itu. Sudah 40 tahun gerobakm itu menemaninya setiap waktu. Selalu menolong hidupnya dari pengangguran. Untungnya dengan pekerjaannya itu beliau dapat menafkahi keluarganya. Pak Broto, itulah nama beliau. Pak Broto dan keluarganya hidup dalam kondisi yang sederhana,namun walaupun demikian mereka tak pernah lupa akan Tuhan. Dan semangat hidupnya sangat tinggi. Demi berjihad di jalan Alloh,mereka senang melakukan pekerjaan itu.. Istrinya yang bekerja hanya sebagai penjual minuman keliling,namun dapat membiayai anaknya sampai perguruan tinggi.

“Assalamu’aliakum!” “Wa’alaikumsalam,oh bapak sudah pulang to,mari pak ibu sudah siapin makanan buat bapak. Oh ya bapak sudah sholat belum,kalau sholat nda boleh di tunda-tunda,ntar dosa lho pak!” Sambil mencium kening istrinya, Pak Brotopun menjawab,“Ya sudah to bu,bapak juga tahu kalau sholat ditunda-tunda itu dosa,sekarang bapak mau makan dulu bapak sudah lapar bu! Oh ya alhamdulillah dagangan kita laku bu karena Alloh,jadi sayur sisa yang tinggal sedikit itu kita makan saja ya bu!” “ Inggih pak,alhamdulillah Alloh sudah ngasih rejeki buat kita ya pak? Ya sudah bapak mandi abis itu langsung makan ibu sudah siapin makanannya di meja!” “Ya bu makasih,ibu memang istri terbaik buat bapak” “Alah bapak ini bisa saja,ya sudah ibu kedepan dulu”.

Sesuatu yang menjadikan keluarga itu tetap bahagia adalah keharmonisan yang selalu terjaga. Merekapun saling mengerti satu sama lain,baik anak maupun orang tua. Dan sangat menyasyangi satu sama lainnya. Hati mereka akan sangat teriris apabila salah satu anggota keluarganya pergi meninggalkan mereka. Seperti biasa saat bersantai dan berkumpul di ruang tegah menjadi tontonan sehari-hari. Merekapun saling melepas keluh kesah,bercerita tentang pendapatan mereka hari itu,dan membicarakan semua cerita yang patut di ceritakan dalam hidup mereka.

“Assalamu’alaikum!”, terdengar suara orang membuka pintu. Tiba-tiba....”Bapak, Ibu aku terpilih dalam pertukaran pelajar Indonesia-Jepang!” suara Tami mengagetkan kedua orang tuanya. “Alhamdulillah Tami, kapan kamu akan berangkat nak!”. Sebenarnya bapak sama ibu nda rela kalau kamu pergi jauh-jauh nak, bapak dan ibu takut mbok terjadi apa-apa sama kamu. Kamu anak satu-satunya ibu kan ya pak!”. “O iya, tapi bapak rela kamu pergi Tam, ibumu saja yang terlalu sayang sama kamu. Kamu sudah pintar saja, bapak sudah bangga sekali. Dengan beasiswa dari pemerintah dan karna Allah kamu dapat seperti ini, dan kesempatan itu tidak datang untuk yang kedua kalinya lho Nak. Apalagi kamu mau berjihad di jalam Allah, masa bapak mau nglarang kamu, ya nda mungkin to! Masalah ibumu biarkan saja, biar bapak yang menanganinya. Pasti lama-lama ibumu ngerti ko. Cuma pesen bapak kamu di sana ngati-ati, jangan gampang kebawa-bawa orang yang nda kamu kenal. Apalagi kamu mau ke negara orang. Lebih banyak berdzikir dan jangan lupakan sholat ya nak!”. “Inggih pak, Tami ngerti. Insya Allah Tami nda lupa sholat”. “Ngomong-ngomong kapan kamu mau berangkat ke Jepang nak!”. “Mungkin satu minggu lagi bu, Tami juga ngerti ko perasaan ibu. Tami juga sayang banget sama ibu”. Air mata merekapun tak terbendung lagi, ibu memeluk Tami dengan penuh kasih sayang.

Hari-hari telah berlalu seperti biasa. Dan hari itu saatnya anak keluarga Pak Broto pergi ke Jepang. Karena kelakuan dan sikap mereka yang baik, adil dan bijaksana. Tetangga merekapun sangat menghornati keluarga itu. Mereka ikut menyambut kepergian Tami ke Jepang. “Pak, ibu Tami berangkat dulu, bapak sama ibu nda usah khawatir. Tami baik-naik saja ko!yang penTamg bapak sama ibu jaga kesehatan saja ya”. Setelah mencium tangan kedua orang tuanya dan berterima kasih kepada tetangga-tetangganya yang telah menyambut kepergiannya, Tami pun masuk ke mobil hitam yang memang khusus untuk menjemputnya.

Tiga bulan telah berlalu, kabar dan surat dari anak mereka selalu tak pernah berhenti. Membuat hati orang tua Tami merasa lega bahwa anak mereka baik-baik saja. Dalam sholat mereka pun mendoakan anak kesayangannya itu. “Ya Allah Ya Tuhan kami. Lindungilah anak kami. Jagalah anak kami dari perbuatan yang dimurkaimu Ya Allah. Tunjukkanlah anak kami jalan yang lurus. Jagalah anak kami Ya Allah. Ya Allah, Ya Tuhan kami. Hanya kepadamulah kami memohon dan meminta pertolongan. Kaulah Dzat yang Maha Mengetahui, maha dari segala Maha. Kaulah Tuhan yang Pengampun lagi Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang. Amin....”.

Di Jepang Tami pun menjadi sosok yang disegani oleh para teman-temannya. Dia dikenal sebagai anak yang cerdas, cepat tanggap dan ramah. Suatu ketika, saat Tami membuka lokernya dia menemukan sepucuk surat kaleng.




(Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan)

Dear Tami,

Hy Tami, bagaimana kabarmu!baik-baik saja bukan. Aku adalah laki-laki yang ingin berkenalan denganmu. Aku tunggu kau sekarang juga di gerbang sekolah....

Setelah membaca surat tersebut, Tami langsung bergegas menemui lelaki misterius itu. Namun sesampainya dia di gerbang sekolah dia tak menemui seorangpun di sana dalam haTamya ia berkata, “Ya Allah, ya Tuhanku siapa dia, dan mengapa dia ingin berkenalan dengan saya. Hamba takut Ya Allah, Lindungilah hambamu yang lemah ini”. Tiba-tiba....”Hy Tami!” terdengar suara lelaki memanggilnya dari belakang seakan mengagetkan pikirannya. Tami pun menjawab, “Oh...Hy...Hy ju...ga”. “Apa kau sudah lama menungguku!” tanya lelaki itu. “Lho ko kamu dapat berbicara dengan bahasa Indonesia juga, oh ya ngomong-ngomong siapa namamu!”.

“Namauku Li Yan, dulu saya pernah 5 tahun Tamggal di Indonesia. Papa dan mama saya juga sekarang Tamggal di sana. Lama mereka saling bercerita tentang kehidupannya masing-masing. Sampai akhirnya mereka terlihat sangat akrab seakan sahabat yang sudah lama kenal. Persamaan bahasa serta perkataan dan Tamgkah laku merekalah yang membuat mereka terlihat akrab. Semenjak itu, mereka terlihat selalu bersama, apalagi mereka satu universitas.

Waktu telah berlalu terasa begitu cepat. Namun Tami tak sadar dia telah berkenalan dengan Li Yan kurang lebih selama satu bulan. Mereka sngat kompak dalam hal apapun, mengerjakan tugas, bercerita sampai bercanda dan tertawa bersama. Orang tua Tami pun tak masalah jika anaknya bersahabat dengan anak negara lain. Asalkan dia tak bercinta dengan orang beda agama. Akhir-kahir ini Tami pun terlihat sering murung dan menyendiri. Li Yan cemas aka hal itu. Ketika saat yang tepat dia mencoba mendekati Tami dan bertanya apa yang terjadi pada Tami. Namun Tami lebih memilih bungkam sesaat. Namun tiba-tiba ia menagis, Li Yan menjadi lebih cemas. Dia pun merayu Tami agar mau melepas beban masalah di pundak gadis Indonesia itu. Akhirnya Tami pun mulai bercerita. Li Yan sangat semangat mendengar cerita Tami. Dengan pelan namun pasti, Li Yan mencoba mengartikan kata perkata yang akan diucapkan teman spesialnya itu. Ternyata besok Tami akan dikembalikan ke Indonesia, tempat dia dilahirkan. Dan dengan makna lain dia tak bisa bertemu dengan Li Yan lagi. Sebenarnya tanpa sepengetahuan Tami, Li Yan memendam rasa cinta yang teramat sangat pada Tami. Namun jika Tami pergi, dengan siapa lagi saya disini, apakah ini memang takdir yang harus Tuhan berikan kepada kita, saya tahu kita telah bertemu dan kita pula akan berpisah. Dia tak menyangka gadis yang dicintainya akan segera pergi meninggalkannya.

“Tami, senenarnya aku.....”, “Iya saya tahu, saya sangat tahu betul bagaimana rasanya. Saya juga merasakan itu, sangat kehilangan semuanya. Teman-teman yang baik, tempat yang indah dan tema yang benar-benar spesial di mataku!”, Sela Tami tanpa memperdulikan Li Yan yang memang belum selesai betul dengan kata-katanya. Namun Li Yan sadar, itu bukan waktu yang tepat untuk mengatakan cinta pada Tami. “Ya sudah, aku rela kau pergi, aku hanya berpesan hati-hatilah disana dan aku minta alamatmu, besok akan aku antar kau ke bandara, kau mau kan!”. “Yac, xie xie terima kasih untuk semuanya Li Yan”.

Keesokan harinya Tami telah bersiap pergi meninggalkan Jepang. Di sisi lain Indonesia orang tua Tami sangat bersemangat menyambut kembalinya anak kesayangannya itu. Setibanya di Indonesia, bapak, Ibu....”. Keluarga itupun saling memberi kasih sayang. Ibu pun menangis tak terelakan.. Begitu pula Tami, di perjalanan rumahnya ia menceritakan semua pengalamannya kepada kedua orang tua itu. Sesampainya di rumah para tetangga menyambutnya dengan penuh rasa kagum kepada Tami. Tami pun tak berhenti mengucapkan terima kasih kepada setiap orang yang memujinya. Di kamarnya, ia pun membersekan baju-baju dan semua buku-bukunya. Tiba-tiba Tami menemukan surat kaleng lagi. Namun kali ini dia tahu siapa pengirim surat kaleng tersebut. Betapa kagetnya dia setelah membaca isi surat kaleng tersebut.

Dear Tami, teman spesialku

Aku berharap kau menemukan surat ini yang aku selipkan di tasmu, maaf aku pengecut, aku tak berani berkata lansung padamu. Sebenarnya baru pertama kali aku memberikan surat pada seorang gadis. Kaulah yang pertama menerimanya Tam, Mungkin ini surat yang kedua yang kuberikan untukmu. Aku ingin mengungkapkannya lewat puisi. Karena aku tahu kau sangat suka pada puisi. Aku harap kau suka dengan puisiku.

“Gadis Indonesia”

Baru beberapa bulan ku mengenalmu

Namun kini kau telah meninggalkanku

Apa kau tahu bagaimana isi hatiku

Semenjak pertama kali ku melihatmu

Ku telah jatuh cinta

Mungkin aku salah

Mencintai gadis sepertimu

Namun memang inilah yang kurasakan

Rasa cinta yang telah berkembang

Sungguh sangat ku tak tahan

Bila kau pergi selamanya

Kau adalah cintaku

Apa perasaanmu sama

Seperti yang ku rasakan selama ini

Berlinanglah air mata Tami, dia senang, dia bingung, dia takut. Tak tahu apa yang harus dia lakukan. Namun dalam hati kecilnya berkata “I LOVE YOU TOO” tapi apa daya perbedaan agamalah yang menjadi penghalang cinta mereka. Tak mungkin kedua orang tuanya merestui hubungan mereka namun cinta yang dipendam, cinta yang tak tersampaikan sangat mengganjal haTamya. Sehingga dia mengambil keputusan yang tak pernah diduga, sesuatu yang ganjil yang dulakukan oleh gadis seperti Tami. Dia nekat demi cinta membalas surat Li Yan bahwa dia juga mencintai Li Yan dan dia menceritaka semua penghalang cinta mereka. Tami sangat taku kehilangan sosok lelaki seperti Li Yan.

Empat bulan telah berlalu, di dinginnya suasana senja saat itu, seperti baiasa keluarga Pak Broto sedang berbincang-bincang di ruang keluarganya. Tiba-tiba.....terdengar suara orang mengetuk pintu. Dan ...”Li Yan, kamu kesini ko ndak bilang dulu sama saya!”. Maafkan aku Tami aku kesini ingin melamarmu!”. “Apa!” Tak disangka Li Yan berbuat senekat itu. Diapun menghadap orang tua Tami dia berkata, “Aku telah menjadi orang muslim, slama nenerapa nulan ini aku tealh belajar agama. Demi keyakinanku dan cinta aku bersungguh-sungguh masuk agama Islam”. Mereka sngat terkejut, demi taku kehilangan cinta mereka melakukan apa saja. “Apa kau bersungguh-sungguh ingin menikahi putriku, apa kau telah minta ijin kepada kedua orang tuanu!”tanya Pak Broto tegas. “Aku bersungguh-sungguh pak, walaupun orang tuaku sangat membenci semua yang kulakukan ini tapi aku percaya ini yang terbaik bagi hidupku”. “Dan apakah kau mau dipersunTamg Li Yan anakku!”. “Ya pak, sebenarnya saya juga mencintai Li Yan” jawab Tami. “Kalau sudah demikian bapak tidak bisa menghalangi kalian lagi, bapak dan ibumu merestui hubungan kalian. Selanjutnya bapak serahkan pada Li Yan. Bapak percaya padamu Li Yan. Jaga Tami baik-baik dan perdalamlah ilmu agamamu. Jangan lupakan Tuhanmu Allah SWT. “Ya pak, Insya Allah saya laksanakan pesan bapak!”.

Akhirnya pesta pernikahan sederhanapun dilaksanakan. Mereka melangsungkan pernikahan di Masjid Al Fattah. Walaupun orang tua Li Yan tak mendampinginya namun Allah selalu mendampingi hidup mereka. Ya Allah Ya Tuhan terima kasih atas semua jalan yang kau berikan kepada kami. Kaulah Maha segala Maha. Ya Allah.....




SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar