Custom Search

Kamis, 26 Februari 2009

Cerpen Arga

Hari ini adalah tugas bagi Dika untuk mempresentasikan tugas Biologi yang diberikan oleh Bu Asih. Bagi Dika Biologi bukanlah pelajaran yang mudah, dia memang menguasai banyak pelajaran tapi bukan Biologi. Bel masuk sudah berbunyi tapi suasana kelas Dika masih gaduh, mungkin karena Bu Asih terlambat masuk. Selang beberapa menit Bu Asih datang juga. Saatnya bagi Dika untuk mempresentsikan tugasnya. Setelah selesai berpresentasi masuklah ke sesi tanya jawab. “ada yang mau bertanya” kata Bu Asih. Dengan tampang tegar Ezza langsung berdiri, tanda dia ingin mengahabisi Dika dengan pertanyaannya. Setelah berargumen beberapa saat Ezza bertanya “ jadi pertanyaan saya bagaimana cara bahan bahan dasar penyusun kehidupan ini dapat menghasilkan suatu makhluk hidup yang kompleks” Dika diam sejenak untuk menghasilkan efek dramatis. Setelah beberapa menit Dika menjawab dengan wajah yang menyakinkan. Dia menjawab “ itulah rahasia tuhan” serentak para siswa tertawa setelah mendengar jawaban Dika. Ezza yang dari tadi melancarkan banyak pertanyaan hanya diam dan berlahan duduk kembali. “ Dika sekarang giliran ibu yang bertanya” kata Bu Asih, “Silahkan bu” Jawab Dika. “ Dika Apakah arti hidup” tanya Bu Asih. Dika menjawab“ arti hidup adalah bisa bernafas,bergerak ,dan berkembang biak”. “ bukan itu jawabannya Dika” “ jadi apa Bu” tanya Dika ingin tahu. Tapi bel sudah berbunyi lagi tanda dua jam pelajaran Bu Asih telah selesai. Bu Asih hanya berkata “silahkan kalian coba cari jawaban dari pertanyaan Ibu tadi”. Jam pelajaran Biologi adalah jam terakhir di hari ini. Seperti biasa sebelum pulang Dika mampir dulu ke kantin sekolah hanya sekedar berbincang dengan teman-temannya. Biasanya Dika sering berbagi cerita dengan Ezza, Pito, Astri dan Echa. Kebetulan hari ini Pito tidak ikut berkumpul dikantin bersama mereka. “ Pito mana?” tanya Ezza pada Echa, “ biasalah ngurusin pacarnya yang baru” jawab Echa “ katanya adek kelas ya?” sahut Dika “ iya ,Pito kan suka daun muda” kata Echa lagi, Astri hanya tersenyum ketika mendengar ocehan teman-teman dekatnya itu. Tiba-tiba Astri merubah topik pembicaraan mereka “ eh, kalian tau gak apa jawaban dari pertanyaan Bu Asih?” tanya Astri “enggak lho”jawab Ezza “itu ada dikurikulum gak ya” jawab Pito yang sudah selesai dengan urusannya “ eh, Pito nyambung aja loe” kata Echa “gimana pacarmu itu?” “yang adek kelas itu” sambung Ezza dan Astri dengan nada bercanda “ ah, ada masalah jadi kita putus deh” jawab Pito “dasar playboy kampung loe.....” jawab Dika,Ezza,Astri dan Echa bersamaan. Karena jarum jam sudah menunjukan pukul 03.00 sore mereka memutuskan untuk pulang agar tidak terlarut sore.
Sesampainya di rumah Dika langsung barganti baju dan bersantai di kamar tidurnya. Kebetulan rumah Dika sedang sepi karena Ayah Dika belum pulang dari kantor dan Ibunya sedang mengikuti arisan RT. Tinggal dia dan dua orang pembantunya. Tiba-tiba Dika teringat dengan pertanyaan Bu Asih tadi pagi. “apakah arti hidup”sekarang kalimat itu selalu terbayang di benak Dika. Karena terlalu lelah Dika tertidur diranjangnya. Ketika jam menunjukan pukul 06.00 ibu Dika mambangunkan dia dari tidurnya dan menyuruh Dika untuk mandi dan melaksanakan Sholat maghrib. Dika adalah anak satu-satunya sehingga wajar bila orang tuanya sangat memperhatikan dirinya tapi Dika bukanlah anak yang ingin selalu dimanja, dia ingin menjadi anak yang mandiri seperti teman-temannya. Setelah selesai melaksanakan Sholat Dika dipanggil orang tuannya untuk makan malam. Sudah menjadi kebiasaan dari keluarga Dika untuk makan malam bersama di meja makan. Setelah selesai makan Dika langsung menuju kamarnya untuk belajar, sekedar mengulang pelajaran yang sudah diajarkan di sekolah dan sedikit mempelajari materi untuk keesokan harinya. Hari sudah malam namun Dika belum merasakan ngantuk. Dia memutuskan untuk duduk-duduk di teras depan rumahnya. Ternyata disana sudah ada Ayahnya yang sedang menikmati secangkir teh disambi ber-kirim E-mail dengan rekan bisnisnya. Ayah Dika adalah seorang pemilik perusahaan properti yang terkenal di Indonesia, sehingga tak bisa dipungkiri bila dia banyak memiliki rekan dalam dunia bisnis. Ayah Dika melihatnya sedang berdiri disampingnya, diapun mempersilahkannya untuk duduk di kursi yang berada disampingnya. Sekedar bercerita dengan topik yang ringan, bagi Dika ini adalah waktu yang sulit didapat karena Ayah nya adalah orang yang sibuk. Dika bercerita tentang kejadian di pagi hari saat dia berada disekolah tak lupa dia bercerita tentang pertnyaan Bu Asih tentang arti hidup. Ayahnya menjawab”arti hidup seseorang hanya bisa diketahui oleh orang itu sendiri” tapi Dika belum puas dengan jawaban Ayahnya. Karena hari sudah larut malam Ayah Dika menyuruhnya untuk tidur “Tidur sana, nanti kamu terlambat sekolah lho” kata Ayah. “ Iya yah ini mau tidur kok” jawab Dika. Dika dengan segera masuk kerumah dan meninggalkan ayahnya sendirian di teras untuk beranjak tidur. Dalam tidurnya Dika bermimpi bertemu Bu Asih, dalam mimpinya Bu Asih berkata “Dika kamu harus rajin belajar dan carilah tujuan hidupmu”
Pagi harinya Dika menceritakan mimpinya kepada temannya “ Eh, Cha aku kok mimpiin Bu Asih ya” tanya Dika “ emang mimpi apa loe” timpal Ezza “kalo gak salah Bu Asih pesen suruh aku rajin belajar dan cari tujuan hidupku gitu” jawab Dika “masa gitu sih, aneh lho” sahut Pito “Ada artinya kali tu Dik” sambung Pito dengan nada serius “Tapi apa bos?” tanya Dika penasaran “gak tau juga sih” jawab Pito “udahlah Dika paling cuma mimpi biasa” Kata Astri yang berusaha menenangkan sahabatnya. Sebenarnya dalam benak Dika terasa ada yang janggal, “ ada apa ya bu Asih ngomong kaya gitu” benak Dika. Saat itu menunjukan jam sebelas siang, saat ini sebenarnya bukan saatnya pulang tapi tanda-tandanya sudah terasa, yaitu tidak ada guru yang masuk pada jam itu. Ternyata benar bel tanda pulang sekolah sudah di bunyikan. Serentak semua teman sekelas Dika bersorak “Horeeeeee..... pulang” teriak mereka gembira, tapi berbeda dengan Dika hatinya berkata “ada yang ngak beres ni”. Tiba tiba dua pengurus osis masuk ke kelas Dika. Salah satu dari mereka mengabarkan kabar duka, “ Inalilahi wainnailaihi rojiun, telah meninggal Ibu guru tercinta kita Ibu Asih Handayani. Karena sakit, kami meminta keikhlasan kalian dengan memberikan sumbangan” Hati Dika terguncang, ternyata benar dia akan kehilangan seseorang. Dalam hatinya masih ada penyesalan “ kenapa Bu Asih ngak jawab pertayaanku dari dulu” “kamu nglayat gak Dik?” tanya Pito. Pertanyaan Pito itu membuyarkan pikiran Dika tentang Bu Asih. “ iyalah” jawab Dika “naik mobilku aja” sambung Ezza. Pulang sekolah mereka langsung bergegas ke tempat parkir untuk mengambil mobil Ezza. Sesampainya disana ternyata banyak orang yang ingin mengantar jenazah Bu Asih ke tempat peristirahatan terakhirnya. “ Banyak yang nganter ya” sahut Echa “ iya Bu Asih kan orangnya baik jadi banyak yang suka sama dia” jawab Pito, teman-teman Dika sibuk membicarakan kebaikan Bu Asih namun Dika masih terus menyesali semua hal yang terjadi. Selang beberapa saat Jenazah Bu Asih akan segera dikebumikan Dika dan teman-temannya ikut mengantar dan mangikuti proses penguburan itu tidak terasa air mata Dika menetes saat jenezah Bu Asih telah tertutup tanah. “ Udahlah Dik, jangan nangis terus, hidup mati kita udah ada yang ngatur, Bu Asih pasti gak suka kalau liat kamu sedih terus” kata Astri yang coba menenangkan Dika “ thanks ya” jawab Dika.
Keesokan harinya disekolah akan diadakan pelajaran intensif mengingat ujian akhir nasional sudah dekat Dika dan kawan-kawannya termasuk orang yang wajib mengikuti kelas intensif itu. Mungkin Dika sudah dapat sedikit melupakan kejadian kemarin. Namun kata-kata Bu Asih dalam mimpinya masih terngiang ditelinganya. Terpacu semangatnya agar dapat lulus SMA dengan nilai baik dan dapat diterima di UI. Begitu juga dengan Pito, Ezza, Echa juga Astri mereka juga ingin diterima di universitas favorit. Beberapa minggu berlalu ujian akhir tinggal satu minggu lagi dan lima sekawan itu masih terus belajar, tidak jarang mereka mengadakan belajar bersama di rumah Echa. Detik demi detik terus berlalu, ujian nasional semakin dekat. Pak Yanto adalah walikelas Dika dan teman-temannya Beliau terus memberi motivasi kepada anak-anak didiknya, agar mereka dapat berhasil menempuh ujian ini.
Hari ini adalah hari ujian nasional pertama dalam hati Dika bergumam “UI adalah tujuanku”.Seminggu telah berlalu. Sekarang mereka tinggal menuggu pengumuman kelulusan mereka. Setelah seminggu yang melelahkan akhirnya mereka bisa ngobrol bersama lagi. “Gimana Astri susah-susah gak soalnya” ledek Echa “Gampang dong, masa seorang Astri ngak bisa ngerjain” Timpal Pito dengan nada mengoda “ ya, serahkan saja sama Yang Diatas” jawab Astri bijaksana “terus kalian mau lanjut kemana?” tanya Dika pada keempatnya “Aku pengen masuk ITB aku pengen jadi arsitek” kata Ezza “kalo aku pengen masuk pertanian IPB” jawab Astri “Echa gimana?” tanya Dika “Echa Pengennya sekolah diluar negeri ngambil kedokteran” jawab Echa “Pito?” tanya Dika lagi “ aku gak usah muluk-muluk yang penting masuk PTN aja aku udah seneng, terus kamu mau kemana Dik? Tanya Pito ingin tahu, “aku pengen ambil manajemen UI, aku pengen jadi pengusaha kaya Ayahku” jawab Dika yakin “ nanti kalo pengen bangun kantor kantor hubungi aja aku Arsitek Ezza, aku kasih diskon deh” canda Ezza. Dalam hati Dika berkata mungkin sekarang kita bisa tertawa seperti ini tapi sebentar lagi saat-saat ini akan berharga sangat mahal. Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan, pasti semua murid merasakan kecemasan seperti yang dialami Dika. Selang beberapa menit semua amplop dikelas Dika sudah terbagi rata. Dengan aba-aba ketua kelas mereka membuka amplop itu berlahan. “satu......dua......tiga” kata mereka bersamaan. Betapa senangnya Dika ketika dia melihat kata “LULUS” di amplopnya. Ditambah semua teman sekelasnya juga berhasil lulus. Kelas yang tadinya bersuasana sangat tegang sekarang telah berubah menjadi ceria.
Untuk merayakan kelulusannya Dika, Echa, Astri, Pito, dan Ezza mengadakan syukuran dan sekaligus sebagai pesta perpisahan untuk mereka. “saat-saat kaya gini pasti bakalan aku inget terus” kata Echa sambil menghapus air matanya “aku Juga” sambung Ezza dan Pito “ Aku ngak akan lupa waktu kita ngumpul bareng pas kita masih SMA dulu” kata Astri “ mungkin kita akan berpisah dan sulit untuk bertemu lagi, tapi kalian tetap ada di hati ku” sebenarnya Dika tidak rela untuk melepaskan mereka pergi karena Dika sudah menganggap mereka seperti saudara sendiri. Sungguh hari ini adalah hari yang berat bagi mereka untuk berpisah.
Keesoakan harinya Dika mengikuti UMPTN untuk dapat masuk ke Universitas Indonesia yang sangat dia dambakan. Selang beberapa hari Dika melihat namanya terpampang di koran yang bertanda dia diterima sebagai mahasiswa UI, betapa senangnya dia, orang tuanya sangat bangga padanya. Dika diterima di Fakultas Ekonomi management sesuai cita-citanya. Beberapa bulan telah berlalu dia mendengar kabar dari Echa bahwa teman-temannya berhasil diterima di Universitas dambaannya, begitu juga Echa, dia berhasil diterima di Harvard dan mengambil jurusan kedokteran, Pito diterima di UGM fakultas hukum, Ezza bergabung dengan ITB, Astri juga berhasil diterima di IPB. Dika bersyukur pada tuhan karena telah mengabulkan semua cita-cita kawan-kawannya.
Beberapa tahun berlalu Dika berhasil menyandang gelar S1 setelah dia lulus dari UI. Dia langsung mengambil alih jabatan ayahnya yang telah pensiun sebagai direktur utama sebuah perusahaan properti. Perusahaan menunjukan grafik yang sangat baik, sehingga dia dikenal sebagai seorang pengusaha sukses.Suatu hari, tiba-tiba Dika merasa rindu dengan teman-temannya kemudian mereka sepakat untuk bertemu di sebuah restaurant. Ternyata teman-teman masa SMAnya dulu telah berhasil menjadi orang yang sukses dibidangnya. Pito sudah menjadi seorang pengacara hebat, Ezza berhasil menjadi Arsitek, Astri sudah berhasil menemukan teknologi pertanian yang canggih, sedangkan Echa sudah menjadi dokter spesialis syaraf di Amerika. Begitu bangga dan terhormatnya Dika ketika dia bertemu kembali bersama teman-temannya. Sekarang Dika sudah sedikit mengetahui sedikit jawaban dari pertanyaan almarhumah Ibu Asih, persis seperti apa yang pernah dikatakan Ayahnya bahwa arti hidup seseorang hanya bisa diketahui orang itu sendiri, mungkin arti hidup bagi Dika adalah bisa berguna bagi dirinya dan orang-orang yang dia cintai. Memang dalam hatinya masih ada yang mengganjal, tapi Dika bisa sedikit lega karena sudah mengetahui sedikit jawaban dari pertanyaan itu walaupun bukan jawaban seutuhnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar