Custom Search

Rabu, 04 Februari 2009

TERIMA KASIH Oleh: Dedi X-3

Kisah seorang anak laki-laki masih kecil sekitar delapan tahun. Dia sudah
yatim piatu dan bernama kiki. Kehidupan yang pahit dan menderita karena hidup di jalanan untuk mengais beberapa koin uang untuk makan sehari-hari ditambah kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya sejak kecil. Walaupun dia adalah anak yang serba kekurangan dan menderita dia adalah anak yang baik, mandiri, dan takpernah mengeluh dengan kehidupanya.
Sutatu ketika Kiki sedang mengamen di trotoar ia bertemu dengan seorang pemuda yang sedang kebingungan karena tersesat. Melihat pemuda itu Kiki langsung menghampirinya. Pemuda itu bernama Fahmi, yaitu seorang pemuda yang mandiri, baik hati dan bertanggungjawab.
“Bang, mau kemana?” tanya Kiki. “Mau cari kos-kosan apa adik tahu?” kata Fahmi. “Ya, saya tahu mari ku tunjukan jalannya”. Ajak Kiki. Kiki yang hafal daerah tersebut langsung membawa Fahmi ketempat kos-kosan. Sambil menuju ketempat kos-kosan mereka bercengkrama seperti kakak dan adik yang sangat akur sampai lupa berkenalan. “Abang darimana dan mau apa kesini?” tanya Kiki. “Saya dari desa mau merantau, soalnya bosan Cuma ada pekerjaan yang itu-itu saja dan Abang coba tuk mengais rezeki dikota” Kata Fahmi. “Oya! Nama saya Kiki Bang” kata Kiki. “Kalau nama Abang Fahmi, Adik tinggal dimana?” tanya Fahmi. Dengan raut wajah yang agak sedih Kiki mejawab “Semenjak orang tua saya meninggal saya tinggal sendirian di jalanan.” Namun Kiki langsung menutupi kesedihannya dengan wajah yang penuh dengan semangat untuk menerjang kehidupan yang akan datang.
Mereka pun sampai di depan rumah kos-kosan. “Ini tempat kos-kosannya Bang yang punya pasti ada didalam saya pergi dulu ya Bang!” kata Kiki. “Ya terima kasih ya dik!” kata Fahmi. Tangannya langsung merogoh kesakunya dan mengambil sekertas uang lima ribuan dan berkata kepada Kiki “Ni untuk beli jajan dik, itung-itung buat tanda terima kasih Abang !.” “Gak usah Bang terima kasih saya ikhlas kok.” Tolak Kiki dengan sopan. Fahmi pun terheran – heran bahwa masih ada anak jalanan yang kehidupannya menderita apalagi dikota dan sebaik itu kepadanya.
Setelah beberapa minggu kemudian Fahmi sudah mempunyai pekerjaan yang tetap walaupun gajinya tidak begitu besar namun dengan gajinya dia dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Suatu ketika pada sore hari Fahmi duduk santai didepan atau beranda rumah kos-kosanya, dia teringat dengan kiki seorang anak jalanan yang menolongnya saat dia tersesat di kota perantauannya. Fahmipun berandai-andai untuk mengangkat kiki sebagai adiknya karena dia kesepian dan tidak ada yang menemaninya semenjak tinggal di kos-kosannya.
Suatu hari ketika sepulang dari tempat Fahmi bekerja saat dia naik angkutan umum untuk menuju kerumah kos-kosanya dia melihat kiki sedang mengamen di trotoar atau di samping lampu lalu lintas.
Fahmi pun langsung turun dari angkutan umum dan mengejar kiki “dik......tunggu” sapa Fahmi. Seorang anak kecil menengok kebelakang melihat siapa yang memanggilnya, dia pun tampak kebingungan ketika seorang laki-laki menghampirinya. “hai..ki!” sapa Fahmi kepada seorang anak kecil. Anak kecil itu pun langsung menengok “ada apa bang, apa abang kenal saya?” tanya anak kecil itu. Fahmi pun tersenyum malu karena anak kecil itu bukan kiki yang dicarinya.
Dengan hati yang agak kecewa Fahmi pulang.
Sesampainya dirumah Fahmi berpikir lagi untuk mencari kiki.
Tiga hari kemudian Fahmi mencari kiki, dia telusuri seluruh penjuru dan sudut-sudut kota, namun jeri payahnya pun sia-sia. Suatu ketika saat Fahmi pulang ke kos-kosan dia melihat anak kecil sedang duduk kelelahan didepan toko yang sudah tutup. Fahmi pun langsung menghampiri anak tersbut barangkali dia adalah Kiki. Setelah Fahmi tiba dihadapan anak tersebut dia mengamati wajah itu dan ternyata dia adalah Kiki. Fahmi pun langsung memeluk Kiki karena dia telah sekian lama mencarinya akhirnya dia menemukannya.
“Hai, kamu disini sedang apa?” tanya Fahmi. “Iya nih Bang lagi istrahat dulu” jawab Kiki sambil mengusap dahinya yang penuh dengan keringat. Mereka pun bercengkrama dan bercanda sambil duduk-duduk didepan ruko tutup.
“Gimana dik kabarmu?” tanya Fahmi. “Alhamdulilah baik Bang, kalau Abang?” kata Kiki. “Baik juga ngomong-ngomong Adik sekarang tinggal dimana” tanya Fahmi. “Masih seperti dulu Bang, kadang didepan pertokoan kayak gini, kadang dikolong jembatan, ya tak tentu Bang, kalo Abang sekarang tinggal dimana?” tanya Kiki. “Abang masih tingal di kos-kosan yang dulu.” Jawab Fahmi. Seketika Fahmi terdiam, dihatinya muncul rasa iba terhadap Kiki dan hatinya pun berkata bahwa ada anak sebaik Kiki yang hidupnya malang sekali.
Dengan wajah penuh kasih sanyang dan senyum Fahmi berkata kepada Kiki “Kalau begitu kamu tinggal sama Abang saja, nanti kamu cuma jagain rumah kos-kosan kalau Abang sedang pergi.”
“Terimakasih Bang, nanti saya malah ngrepotin Abang dan nambahin tanggungan Abang.” Jawab Kiki. “Sudahlah, lagi pula aku kesepian tiada yang menemani, nanti kamu kan ku jadikan adikku.” Rayu Fahmi.
“Benar itu Bang?” Tanya kiki. “Benar...,nanti kalau ada rezeki kamu Abang ajak ke kampung Abang” Kata Fahmi dengan bijaksana untuk meyakinkan Kiki.
Tak sadar mereka berbincang-bincang sampai Azan maghrib berkumandang.
“Waduh!, sudah sore nih dik yo kita langsung pergi kekos-kosan abang saja!.” Kata Fahmi. “Ya udah Bang Kalo begitu cepat keburu maghrib.” Kata Kiki.
Akhirnya mereka tiba di rumah kos-kasan, “Ayo dik masuk!” Ajak Fahmi.
“Iya Bang terima kasih.” Jawab Kiki. “Anggap ini rumah kamu sendiri” kata Fahmi. “Iya Bang terima kasih” Jawab Kiki. ”Oya cepat kamu mandi nanti kita shalat maghrib bejamaah” Kata Fahmi.
Sekarang Fahmi pun tidak kesepian lagi karena ada Kiki yang menemaninya kala Fahmi menunaikan shalat, makan, tidur, bercanda dan semua yang dilakukan Fahmi di kos-kosannya dan diluar rumah. Semakin lama mereka tinggall bersama mereka menjai semakin akrab dan seperti kakak dan adik yang sudah tidak bisa untuk dipisahkan lagi. Mereka bercanda dan tertawa serasa hidupnya sangat berarti, tidak seperti dulu yaitu penuh dengan kesepian.

Sekian mereka tiggal bersama rezeki Fahmi pun menjadi lebih lancar, apalagi sekarang Fahmi sudah memilki pekerjaan yang lebih menguntungkan.
Berhubung Fahmi telah mempunyai pekerjaan yang lebih menguntungka kini dia telah mempunyai rumah sendiri di kota perantauanya dan tinggal bersama Kiki. Semakin hari Fahmi menjadi orang yang pandai berbisnis, dan dengan penghasilanya sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan besar di kota Fahmi pun mampu membuat kios atau toko buah-buahan. Disamping itu Kiki bertugas sebagai penjaga toko itu sekaligus menjaga rumah Fahmi.
Suatu hari Fahmi berpikiran untuk meneruskan pendidikan Kiki yang terputus. Sebelumnya Kiki sudah mengenyam pendidikan sekolah dasar sampa kelas lima sd. Pada suatu sore dikala mereka sedang bersantai menonton televisi fahmi bertanya kepada Kiki “Ki ap kamu mau meneruskan sekolah mu?”
Kiki langsung terkejut kalau Fahmi menawarkan untuk mengenyam pendidikan lagi, karena Kiki telah putus asa untuk melanjutkan sekolah semenjak dia tinggal dijalanan. “benarkah itu Bang? Saya mau untuk sekolah lagi.” Kata Kiki dengan gembira. “Benar, tapi kau harus berjanji tidak akan mengecewakan Abang” Kata Fahmi. ”Ya udah kau tidur dulu! besok kita pergi kesekolahan untuk mendaftar ya!” Kata Fahmi.
“Iya Baang” Jaawab Kiki dengan gembira.
Keesokan harinya mereka berdua pergi kesekolah dasar untuk mendaftarkan Kiki sebagai seorang siswa. Akhirnya Kiki diterima untuk melanjutkan sekolahnya yang terputus. Setahun sudah berlalu, ujian akhir semester pun tiba, saat penerimaan raport hasil belejar Kiki pun tiba. Fahmi pun pergi kesekolah untuk mengambil raport kiki. Ibu guru Kiki pun memanggil Fahmi karena Ibu Guru akan memberikan raportnya. Fahmi terkejut karena hasil belajar Kiki sangat memuaskan.
Suatu ketika Fahmi bertemu wanita yang sangat cantik. Fahmi pun berkenalan dengannya. Tak butuh waktu lama Fahmi dapat memiliki hati wanita itu. Namun setelah Fahmi behubungan dengan pacarnya dia menjadi orang yang boros, suka menghambur-hamburkan uang, dan yang lebih parah dia melupakan tanggung jawabnya dirumah. Pada suatu sore Fahmi sedang duduk-duduk santai di beranda rumahnya. Kiki mendekati Abangnya dan mencoba mengingatkan apa yang terjadi pada dirinya. Seketika Fahmi menjadi berang apa yang dikatakan Kiki. Dihatinya terimpan kalau Kiki mengatakan kejelekan wanita yang dicintainya dan kebodohannya untuk mencari wanita. Fahmi pun marah besar dan mengusirnya. Sambil menangis Kiki menigalkan beranda dan pergi namun sebelum Kiki meninggalkan rumah dia bekata “Terima kasih Bang atas kebahagiannya, harapannya, dan kasihmu.” Kata Kiki sambil managis tersedu-sedu.
Seminggu Kiki meniggalkan rumah, Fahmi pun merasakan suasana saat pertama kali ia tiggal di kota perantauanya. Rasa gundah, sepi, dan bersalah mengelilingi pikiran Fahmi. Fahmi sadar bahwa Kikilah yang merubah, menemani, meemberi semangat. Fahmi lekas mencari Kiki di berbagai sudut kota. Dia berharap kalau dia dapat menemukan Kiki seprti Dia menemukannya dulu. Namun apa yang terjadi. Ketika Fahmi sedang mencari Kiki, terlihat sekerumunan orang, Fahmi mendekat dan melihat, terlihat ada seorang anak kecil terkapar sekarat karena korban tabrak lari. Begitu Fahmi melihatnya dia terkejut karena yang korban itu adalah Kiki. Dia langsung membawanya kerumah sakit. Sampai dirumah sakit Kiki pun sadar dalam keadan koma. “Bang terima kasih.....terimakasih Bang...” kata Kiki tertatih-tatih. Setelah Kiki mengucapkan itu dia sudah tidak dapat tertolong lagi. Fahmi pun sangat kecewa dengan apa yang diperbuatnya yaitu mengusir Kiki dari Rumah hanya gara-gara masalah sepele.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar