Custom Search

Kamis, 26 Februari 2009

Selamat Tinggal Kucingku Oleh Fella

Jam weker berbunyi, adzan shubuh mulai berkumandang dari setiap masjid / musolla yang ada disekitar rumah Priska. Tak ketinggalan musolla yang ada di belakang rumah Priska pun telah menyerukan panggilan sholat subuh. Priska langsung bangun dari tidurnya dan langsung mengambil air wudlu. Setelah siap – siap, ia pun berangkat ke musolla untuk sholat subuh berjamaah.
Priska langsung beranjak pergi keluar musolla setelah ia sholat subuh berjamaah, berdzikir, serta berdo’a. Saat akan menutup pintu musolla ia melihat sesosok tubuh kucing yang terbaring kaku. Priska pun menyadari bahwa sesosok tubuh kucing itu adalah Kirara. Melihat Kirara telah mati Priska pun langsung mengelusnya dan terus menyebut asma Allah. Ia juga menyebut nama Kirara seraya matanya berkaca – kaca.
“ Kirara, Kirara….”
Kirara terlihat sudah kaku. Terdapat busa dimulutnya seperti baru saja diracun oleh orang. Tidak hanya sampai disitu, mata kirara melotot kearah atas dan dari duburnya keluar kotoran. Semua itu membuat Priska sangat sedih melihatnya.
Setelah beberapa saat, Priska langsung pulang dan membawa Kirara pulang. Pagi pun datang dan matahari muncul dari arah Timur untuk menyinari dunia. Keluarga Priska dibuat gempar oleh Kirara. Semua itu karena Priska terus menangis sambil mengucap nama Kirara, saat Kirara akan dikubur di pekarangan rumahnya.
“ Kirara, Kirara, Kirara, hiks, hiks…..”
Kirara telah dikuburkan, Priska pun sepertinya berat saat akan meninggalkan kuburan Kirara. Saat sekarang ia hanya melamun saja di kamarnya. Ia merasa sangat kehilangan hewan kesayangannya yang sangat ia sayangi. Saat melamun Priska mengingat pada saat pertama kali Kirara datang
Pada saat itu di rumah tetangga Priska sedang diadakan pertemuan. Priska pun turut dalam acara tersebut. Saat berjalan – jalan, ia melihat ada seekor kucing kecil yang sedang mengikuti langkah – langkah kaki orang disekitarnya. Priska merasa iba melihat kucing itu, saat ada kaki, kucing itu mendekat tetapi orang – orang malah menendangnya. Kucing itu akhirnya hanya duduk di bawah motor seorang tamu. Saat pulang Priska pun akhirnya mengambilnya.
Kucing yang diambilnya waktu itu, ia berinama Kirara. Nama Kirara berasal dari nama tokoh kartun yang Priska sukai. Priska memberi makan, membawanya tidur, mengajak bermain, dan masih banyak lagi lainnya yang ia lakukan bersama Kirara. Priska sangat manyayangi Kirara dan juga sebaliknya, Kirara juga sangat senang mempunyai pemelihara yang sangat baik padanya.
Priska adalah anak yang bertanggung jawab, sehingga ia pun yang hanya Priska yang mengurusi Kirara. Ia merasa sangat senang memelihara kucing seperti Kirara. Meskipun kadang – kadang sikap Kirara menyebalkan. Tetapi rasa sayang Priska tak kurang sedikitpun. Seperti saat itu, karena badan Kirara besar maka ia tak bisa naik ke meja atau tempat tinggi lainnya. Tetapi Kirara sangat pandai membuka pintu lemari yang berisi makanannya. Priska pun akhirnya harus selalu mengunci pintu lemari itu. Tetapi paling – paling Priska hanya mengomentari sedikit.
“ Kirara, Kirara, lucu banget sih kamu, tapi gak boleh nakal dong!” kata Priska sambil menepuk tubuh Kirara yang gendut.
Sebelum Kirara mati, Kirara juga pernah membuat Priska sedih. Kaki belakang Kirara sakit, sehingga Kirara tak dapat berjalan. Priska sangat sedih melihat Kirara seperti itu. Lalu ia berbicara pada mamanya.
“ Mama, Kirara sakit, dia enggak bisa jalan. Kasihan banget dia.” Priska berbicara kepada mamanya sambil berkaca – kaca.
“ Ya sudah, ya sudah, kita bawa Kirara ke dokter hewan saja, sekalian membeli makanannya yang sudah habis.” Kata Mamanya sambil menenangkan Priska.
“ Oh ya, Kirara dimana?” Tanya Mama pada Priska
“ Itu ma, di tempat tidurnya.” Jawab Priska
“ Kalau begitu, Priska mengambil Kirara, sementara, mama akan siap – siap.” Kata Mama pada Priska.
“ Kita akan ke dokter ya ma?” Tanya Priska ragu.
“ Iya sayang.” Jawab Mama sambil tersenyum.
Priska dan Mamanya pun membawa Kirara ke dokter. Saat di dokter ia mengeluhkan semua keluhan Kirara yang ia lihat. Mamanya hanya tersenyum melihat anaknya seperti itu, sambil mengambil makanan Kirara untuk dibelinya.
“ Dokter, Kirara sakit, tolong sembuhkan dia ya dokter.” Kata Priska pada dokter hewan
“ Priska, kau tak usah terlalu khawatir seperti itu. Saya akan berusaha untuk menyembuhkan penyakit Kirara.” Kata dokter seraya menenangkan Priska.
“ Dokter memangnya Kirara sakit apa?” Tanya Priska
“ Di paha Kirara terdapat cairan, sehingga ia tidak dapat berjalan.” Jawab dokter.
“ Lalu bagaimana cara menyembuhkannya?” Tanya priska seraya ia tak sabar melihat Kirara sehat kembali.
“ Hanya disuntik saja, mungkin Kirara akan sehat kembali.” Kata dokter.
“ Kenapa mungkin dokter ? Pokoknya Kirara harus sehat seperti dulu.” Kata Priska sambil agak membentak dokter tersebut.
“ Sudah – sudah, Priska Kirara pasti akan sehat kembali, Priska jangan terlalu khawatir, pasti dokter bisa menyembuhkan Kirara, Mama sangat yakin.” Kata Mama Priska sambil menenangkan anaknya itu.
Priska hanya menunggu dan menunggu Kirara sehat. Ia jadi lebih menyayangi Kirara. Saat Kirara membutuhkan pertolongan Priska pasti membantu. Priska juga jadi sangat menjaga Kirara dengan penuh perhatian. Melihat semua itu Mama Priska hanya bingung mengapa anaknya bisa sangat menyayangi Kirara, yang hanya kucing seperti itu. Tetapi setelah berfikir Mama Priska pun tahu, mungkin karena Priska tidak punya teman dekat yang mau menemaninya kapan saja selain Kirara, jadi Priska merasa kesepian dan hanya bisa bermain –main bersama Kirara.
Karena kesabaran Priska dalam menjaga Kirara sangat besar, kesehatan Kirara pun berangsur – angsur membaik. Kirara juga sudah memulai kebiasaan nakalnya. Kirara menjadi sangat sering ingin membuka pintu lemari yang berisi makanannya. Kadang – kadang ia berhasil masuk lemari itu dan memakan makanan yang ada di dalamnya. Tetapi tidak jarang pula tangannya terjepit pintu lemari karena kurang hati – hati. Melihat Kirara yang seperti itu Priska pun kadang –kadang memukul perut Kirara, tetapi Priska sangat senang karena dengan perilaku Kirara yang sekarang berarti Kirara sudah sehat kembali.
Karena Kirara sangat menggemaskan, Ia sangat sering di jahili oleh keluarga Priska yang lain. Priska kadang – kadang memarahi keluarganya, tetapi tak jarang pula ia ikut menjahili Kirara. Meskipun Kirara tak dapat berbicara tetapi Priska tahu bagaimana cara untuk berkomunikasi dengan Kirara. Sikap memehami kebiasaan Kirara adalah cara Priska untuk dapat berkomunikasi dangan Kirara.
Lamunan Priska berhenti sampai di situ, ketika Mamanya menepuk bahu Priska. Priska pun kaget.
“ Ada apa Ma ?” Tanya Priska.
“ Kamu sedang melamun ya.kamu makan dulu ya. Kalau kamu anggak mau makan nanti kamu sakit.”Kata Mama.
“ Nanti dulu aja Ma, Priska masih belum lapar.” Jawab Priska.
“ Priska masih teringat pada Kirara ya ?” Tanya Mama pada Priska
“ Iya Ma, Priska masih menyesal kenapa tadi malam saat Kirara tidak masuk ke rumah untuk tidur, Priska tidak mencarinya.” Kata Priska.
“ Padahal biasanya, Priska selalu mencari Kirara saat dia tidak masuk kerumah. Priska sangat menyesal Ma.” Sambung Priska.
“ Sudahlah Priska. Kamu tidak boleh begini terus.” Kata Mama sambil mengelus rambut Priska.
“ Kira – kira Kirara diracuni oleh siapa ya Ma ?” Tanya Priska.
“ Kenapa ya Ma ada orang yang sangat jahat seperti itu ?” Sambung Priska.
“ Mama mau tanya, apa malam itu Priska lupa memberi makan Kirara ?” Tanya Mama.
“ Sepertinya memang begitu, waktu tadi malam kita sekeluarga makan malam di luar dan pulangnya malam, jadi mungkin Priska memang lupa memberi makan Kirara.” Jawab Priska seraya menunduk.
“ Ya sudah berarti mungkin saja Kirara makan sembarangan, dan mengkin juga makanan itu memang sudah busuk atau sudah diberi racun.” Kata Mama.
“ Berarti kirara mati karena Priska ya Ma ? Kirara maafkan aku atas kecerobohanku itu.” Kata Priska sambil menangis.
“ Sudahlah Priska, itu bukan salah Priska.Ya sudah Priska, sekarang Kita makan pagi dulu ya.” Jawab Mama sambil memeluk tubuh Priska.
“ Sudah ya, ayo kita makan dulu biar kamu tidak sakit.” Kata Mama.
Priska dan Mamanya pun keluar dari kamar Priska. Mereka langsung menuju keruang makan dan bergabung dengan anggota keluarga lain untuk makan pagi bersama. Hari demi hari terus dilalui oleh Priska tanpa adanya Kirara. Rasa kesepian pun datang menghampiri Priska.
Di sebelah rumah Priska ada keluarga yang baru pindah rumah. Di rumah itu ada anak perempuan yang seumuran dengan Priska. Keluarga Priska pun datang kerumah tetangga baru itu untuk sekedar berkenalan sebagai tetangga dekat.Tadinya Priska tidak mau diajak untuk ikut, tetapi setelah dipaksa oleh Mamanya ia pun mau ikut. Kedua keluarga pun sudah berkenalan, mereka makan malam bersama. Setelah beberapa saat priska pun mendekati anak yang seumuran dengannya. Anak itu bernama Luna.
Setelah mengobrol – ngobrol Priska pun tahu bahwa Luna juga sama –sam menyukai kucing sebagai teman. Banyak kesamaan antara Priska dan Luna dari apa yang mereka sukai hingga yang mereka tidak suka pun semuanya sama. Mereka pun menjadi teman. Setiap hari mereka bermain bersama. Tetapi lama- kelamaan mereka bosan juga bermain hanya itu –itu saja.
Saat berlari – lari pagi Luna melihat ada anak yang sedang mengelus –ngelus kucingnya. Sepulangnya dari lari paginya, Luna pun langsung beranjak pergi ke rumah Priska. Luna menceritakan apa yang ia liat tadi. Lalu Luna pun mempunyai inisiatif untuk memelihara kucing bersama dengan Priska.
“ Priska kamu mau enggak memelihara kucing bersama – sama ?” Tanya Luna pada Priska.
“ Boleh juga. Tapi kucingnya dari mana ?” Tanya Priska.
“ Ya kita cari kucing yang enggak ada yang punya atau kita beli aja kucing di toko hewan.” Jawab Luna.
“ Emang boleh apa sama Mama kita berdua ?” Tanya Priska lagi.
“ Ya bilang dulu dong !” Jawab Luna dengan agak menekan.
“ Ya udah sekarang aku pulang dulu ya, aku mau tanya ama Mamaku dulu, trus kamu juga jangan lupa Tanya Mamamu ya. Dadah.” Kata Luna sambil meninggalkan Priska.
Setelah itu mereka berdua pun menanyakan rencana itu pada Mama masing – masing. Dengan merayu – rayu, akhirnya rencana memelihara kucing pun disetujui oleh orang tua masing – masing. Tetapi mereka berdua harus janji untuk bertanggung jawab dan tidak boleh melakukan kecerobohan dalam memelihara kucing.
Keesokkan harinya, Priska dan Luna pun langsung mencari kucing biasa di sekitar rumah mereka. Dari pagi hingga siang mereka tidak melihat satu kucing pun berkeliaran di dekat mereka. Saat ada kucing yang mendekati mereka, mereka akan mengambilnya. Tetapi sudah ada pamiliknya. Dileher kucing itu sudah terpasang kalung bertilskan nama dan nama pemiliknya. Akhirnya Priska dan Luna pun mengurungkan niatnya untuk mengambil kucing itu.
Setelah beberapa hari Priska dan Luna belum juga mendapatkan kucing biasa. Padahal Mama mereka tidak mau membelikan kucing import kerena harganya mahal.
Tetapi saat Priska sedang main bersam di rumah Luna mereka melihat kucing kecil yang sangat kasihan. Di sekitar tubuhnya kucing itu ada bekas luka dan di telinga bagian kanan terdapat luka yang sepertinya bekas di gatal dan di garu olehnya. Kucing itu terlihat sangat tidak terawat. Karena merasa iba melihatnta Luna mengambilnya dan menaruhnya didekat mereka.
“ Luna kenapa kucing itu kamu ambil ?” Tanya Priska terheran – heran.
“ Kucing in kasihan banget, emang kamu enggak kasihan apa sama dia ?” Jawab Luna.
“ Kita bawa kucing ini ke dokter aja, kamu mau iku enggak ?” Tanya Priska pada Priska yang terlihat terbengong – bengong.
“ Ya. Deh aku ikut.” Jawab Priska.
Setelah berbicara pada Mama, mereka pun langsung berangkat ke dokter hewan. Setelah dibersihkan dan diberi obat oleh dokter, kucing itu pun terlihat lebih bagus. Priska dan Luna pun jadi sangat menyayangi kucing itu. Mereka berdua merawatnya dengan baik. Karena belum terbiasa Priska dan Luna pun kadang – kadang kewalahan dengan kucing itu. Tetapi mereka berdua sangat senang mempunyai kucing itu dan Priska pun jadi tidak terlalu kehilangan Kirara, kucing kesayangannya yang dulu. Semua itu karena ia telah mempunyi teman baik seperti Luna dan kucing kesayangan yang baru.


_SEKIAN_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar