Custom Search

Rabu, 04 Februari 2009

KETEMU Oleh Destri x-3

Destri x-3

Ada seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Nico. Nico dahulu adalah seorang anak yang hidup dengan seluruh kemampuannya sendiri, tanpa adanya keluhan, bantuan yang berarti dan dorongan dari orang-orang yang sangat dia cintai di kota Medan, kota yang sama sekali tidak ia ketahui.. Nico berjuang dengan seluruh kemampuannya sejak kecil untuk meneruskan hidupnya. Mengamen untuk sekedar mendapatkan uang untuk membeli makan, dan tak terpikirkan, sehabis mengamen, setelah kelelahan, dan saat turun hujan deras, kemana dia akan berteduh. Dengan mengamen, membantu membawakan barang-barang orang demi mendapat upah yang tak sebanding dengan tenaga yang terkuras dan resiko yang besar. Nico terus mengumpulkan uang untuk memperpanjang hidupnya. Lalu yang bermula dari suatu keisengan, ia menanam benih cabai dari pasar, seusai membantu berjualan dan membawakan barang orang. Dia menanam benih cabai di sebuah lahan kosong, yakni tanah milik orang yang belum terpakai.Tanpa memikirkan resiko, pemilik tanah akan menggunakan lahan tersebut, Nico menanami tanah yang tak begitu luas itu dengan beberapa benih cabai. Sepulang mengamen, sering dia merawat benih cabainya sambil melepas lelah, karena dia tak punya tempat untuk pulang. Saat tumbuh benih cabai, dia terus merawatnya dengan giat dan rajin, dengan waktu yang terus berjalan, benihnya telah tumbuh subur dan besar. Setelah berbuah lalu berubah merah, yang berarti telah matang, Nico pun memetikinya untuk dijualnya ke pasar. Karena jumlahnya yang tak banyak hasilnya pun tak seberapa, namun lebih enak, karena tanpa mengeluarkan banyak tenaga dan dapat disambi dengan pekerjaan lainnya. Karena cukup menguntungkan, dia terus melakukannya berkali-kali. Namun suatu ketika, pemilik tanah datang dan akan membangun tanah kosong yang Nico tanami,apa boleh buat, ini adalah resikonya dan Nicopun harus merelakan satu sumber mata pencahariaannya. Karena waktu terus berjalan, kini Nico pun telah beranjak remaja. Dengan tabungan dari upah berbagai macam pekerjaan yang dia lakukan, kini dia mampu membeeli sebidang tanah yang cukup untuk menanami beberapa pohon cabai, yang pada dasarnya tanah itu merupakan halaman belakang rumah yang ditawarkan kepada Nico. Kini Nico dapat menanam dengan tenang tanpa mengkhawatirkan akan digusur. Setelah beberapa kali menanam dan memanen cabainya, Nico pun tidak hanya meawat dengan menata lahan dan menyiraminya, namun juga berani membeli pupuk, agar menghasilkan cabai yang lebih baik dan banyak. Dan dengan hasil menanam cabai dan membantu pekerjaan orang lain, kini Nico dapat memenuhi kebutuhannya tanpa harus mengamen.

Dan tak terbayangkan, yang dahulu adalah seorang gelandangan, kini telah menjadi seorang pengusaha cabai, dan kini tak hanya cabai, banyak sayuran yang dia jual. Selain itu, dahulu Nico tak mempunyai tempat berteduh, kini dia telah memiliki rumah yang cukup besar, serta memiliki seorang istri yang mencintainya dan seorang anak yang sangat dia sayangi. Lina nama gadis yang kini mendampinginya dan Toni buah cinta dari Nico dan Lina.

Pada akhir liburan panjang, yakni akhir liburan sekolah akhir semester. Nico dan keluarganya memutuskan untuk berlibur. Karena Nico yang pernah tinggal di Purwokerto, ingin melihat kota yang sudah lama ia tinggalkan, akhirnya Nico dan keluarganya memutuskan untuk pergi ke sana, dan Lina istrinya serta Toni anak kesayangannyapun setuju. Dengan menggunakan mobil, setelah menempuh perjalanan yang sangat jauh dan setelah beberapa kali bertanya kepada orang di jalan, karena Nico yang kurang tahu jalan dari Medan menuju Purwokerto, akhirnya, mereka pun sampai di purwokerto, dan lalu langsung mencari hotel terdekat untuk memesan kamar tempat istirahat. Saat melepas lelah dengan bersantai dan beristirahat di kamar hotel, Nico pun teringat masa kecilnya saat tinggal di Purwokerto dan sebelum hilang di medan. Kesedihan yang sangat mendalam Nico harus rasakan,karena terpisah dengan orang tua dan kakak kesayangannya. Dan bekata kepada istrinya ”Inilah kota dimana aku dilahirkan, dan kota dimana orang tua dan kakak yang sangat aku sayangi tinggal”. ”Sudahlah nostalgianya nanti saja, sekarang lebih baik kamu istirahat saja dulu, kamu pasti capekkan setelah perjalanan jauh”,jawab Lina Istrinya.”Ya sudah, kamu istirahat saja dulu, aku mau membeli makanan dulu”,kata Nico sambil menuju ke pintu untuk keluar. Saat Nico keluar, di lorong kamar hotel, terlihat sesosok orang tua yang sakit-sakitan sedang mengepel lantai lorong, yang tidak lain adalah Office Boy hotel.”Dengan keadaan yang seperti itu terus bekerja keras,kasihan sekali”,dalam hati Nico berkata saat termenung melihat Office Boy hotel yang sudah tua itu. Saat kembali, setelah membeli makanan, Office Boy tua itu sudah tak ada, dan di dalam kamar Nico terbayang sosok tua renta Office Boy yang dia temui tadi, dia merasa sangat aneh, ada perasaan yang berbeda dengan sosok tuanya, sempat Nico berpiki kalau dia adalah orang tuanya yang telah lama ia cari. Nico terus berpikir,namun perasaan tidak percaya masih mendominasi pikirannya. Karena sudah 18 tahun, Nico tak bertemu dengan kedua orang tuanya.

Pagi hari, hari pertama Nico dan keluarganya tinggal di Purwokerto, Nico mengajak Lina istrinya dan Toni anaknya untuk berjalan-jalan berkeliling kota Purwokerto.”Walaupun sudah sangat lama aku tidak datang melihat kota ini, dan walaupun telah banyak perubahan yang terjadi, namun aku masih ada bayangan yang tersisa tentang kota ini”,dalam hati Nico berkata. Sepulang berkeliling Purwokerto, yaitu saat Nico dan keluarganya bersantai di dalam kamar hotel, Nico menceritakan kepada istrinya yang dia rasakan saat melihat sosok Office Boy yang tua renta di hotel tempat mereka menginap.

Pada pagi hari, hari kedua Nico dan keluarganya tinggal di Purwokerto.Nico dan keluarganya memutuskan untuk pergi berwisata ke daerah Baturraden di Purwokerto bagian utara. Dengan petunjuk dari orang di jalan yang Nico tanyai, mereka pun sampai di lokawisata Baturraden, seharian penuh Nico dan keluarganya menghabiskan waktu, dengan menjelajahi lokawisata dan mencoba seluruh permainan yang terdapat di dalamnya. Toni, anak kesayangan Nico pun terlihat sangat senang, terutama ketika mereka berada di kawasan pancuran tujuh, Toni sangat menyukai air hangat dan belerang yang terdapat di sana. Setelah hari sudah mulai sore dan mereka terasa kelelahan, mereka pun kembali menuju hotel tempat mereka menginap.

Dan pada hari ketiga, Nico memutuskan untuk pergi ke pasar tradisional di Purwokerto untuk membeli oleh oleh untuk diberikan kepada pegawainya. Nico memutuskan membeli oleh oleh di pasar wage, karena tempat itu adalah tempat dimana dia pernah bermain dengan teman-temannya sewaktu masih kecil. Selain itu, karena pada hari itu adalah tanggal wage,pasar tersebut pasti ramai di kunjungi banyak orang. Sesuai dengan perhitungannya, saat Nico sampai di pasar,disana sangatlah ramai. Diantara keramaian, Nico melihat Office Boy hotel tempat dia menginap sedang mengantarkan sayuran dagangannya kepada istrinya yang sama tuanya sedang menanti di kios tempat dia berjualan. Nico sangat sedih ketika melihat pasangan tua itu berjualan, karena membuat Nico terus terbayang apabila kedua orang tuanya yang hingga kini tak ada kabarnya bekerja keras seperti pasangan itu.”Andai saja mereka adalah kedua orang tuaku, takkan aku biarkan mereka bekerja sekeras itu pada umur seperti itu”,katanya dengan suara yang pelan. Saat berada di dekat kios Office Boy hotel yang tua renta itu, handphone Nico terjatuh tanpa ia sadari.”Mas,mas..ini hpnya jatuh”,kata Office Boy tua itu dengan suara tuanya. Karena mengenal wajah Nico di hotel, Office Boy itu berencana mengembalikan handphone Nico ke kamar hotel tempat Nico menginap. Saat telah sampai di kamar hotel, Nico baru sadar bahwa handphonenya hilang, karena ia berpikir kalau handphonenya terjatuh di pasar dan sulit untuk menemukannya, Nico pun merelakannya. Suatu ketika, ketika Nico dan keluarganya sedang bersantai, Office Boy tua itu datang ke kamar Nico, dan ketika Nico membukakan pintu, Nico pun kaget dan berkata”Ada apa ya pak?”.”Maaf mas mengganggu, saya datang kesini hanya untuk mengembalikan hp anda yang tadi terjatuh di dekat kios saya di pasar”,jawab Office Boy itu.”Oh ya, terima kasih sekali pak, maf pak boleh tahu nama anda siapa?”tanya Nico.”Saya Anto”,jawab Office Boy tua itu.Jawaban itu membuat Nico kaget, karena sama dengan nama ayahnya.”Kalau begitu, saya permisi pak”,kata pak Anto.”Oh ya silahkan”,jawab Nico. Setelah mengetahui nama Office Boy itu, Nico pun semakin yakin kalau Office Boy itu adalah orang tuanya yang dia cari. Karena Toni yang harus kembali masuk sekolah keesokan paginya pun mereka harus kembali ke Medan. Dengan berat hati Nico harus mengurungkan niat menyelidiki pak Anto. Pagipun telah tiba, sebelum kembali ke Medan, Nico dan keluarganya memutuskan untuk berkunjung ke rumah pak Anto untuk mengucapkan terima kasih. Saat sampai dirumah pak Anto, ternyata pak Anto sedang bersama dengan istrinya. Dan setelah Nico dibukakan pintu pak Anto berkata”ada apa ya mas?”.”Tidak ada apa-apa pak, saya datang untuk mengucapkan terima kasih, karena telah menemukan hp saya”,jawab Nico.”Ya sama-sama pak,silahkan masuk pak”,pak Anto pun mempersilahkan Nico masuk. Setelah masuk rumah pak Anto, Nico langsung tertunduk di kaki pak Anto dan Bu Siti Aminah istrinya karena melihat fotonya saat dia kecil dan berkata”Ayah, Ibu……..maafkan lah anakmu yang telah meninggalakn kalian dalm keadaan seperti ini”. Pak Anto dan Bu Siti Aminah pun menangis terharu dan berkata”Anaku…kau sehat nak”. Setelah itu Nico memperkenalkan istri dan anaknya. Setelah mendengar kakak kesayangannya telah meninggal, Nico pun semakin merasa bersalah. Akhirnya Nico memutuskan untuk tinggal bersama dengan kedua orang tuanya setelah menyelesaikan urusan bisnis dan sekolah anaknya di Medan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar