Custom Search

Jumat, 06 Februari 2009

NAFA MENUJU CAHAYA HARAPAN Oleh:SEPTIANI AMALIA X-3

Sebuah persahabatan yang dinamai”NAFA”ingin mencari cahaya harapan. NAFA terdiri dari empat orang cewek cantik, yaitu Neisya, Aufa, Finsa, Arsya. Nama persahabatan mereka yaitu NAFA yang diambil dari huruf depan meraka. Mereka bersahabat sejak SMA. Meraka tinggal di Surabaya, dan rumah mereka tidak terlalu jauh.
Awal pertemuan mereka ketika MOS(masa orientasi siswa) SMA, yang mana mereka sama-sama melakukan kesalahan. Mereka pun dihukum kakak kelas. Saat itu pula mereka bercakap-cakap.
“Hai, boleh kenalan ngga?”Tanya Neisya sambil berbisik-bisik.
“Boleh namaku Finsa, “jawab Finsa takut ketahuan sedang bercakap-cakap sama Neisa.
“Namaku Neisya, teman disebelahmu siapa?”Tanya Neisya.
“Namaku Arsya,”jawab arsya langsung tabrak percakapan mereka.
“Oh ya, disebelahku Aufa,”Neisya memperkenalkan teman disebelahnya.
“Kalian dihukum emang salah apa kalian?”Tanya Arsya.
“Aku dihukum gara-gara ngga nulis nama di papan nama dengan huruf besar,”jawab aufa.
“Aku sama Arsya salah kuncir rambut, letaknya yang salah, “jawab Neisya.
“Kalo aku gara-gara warna rumbainya ga rata, “kata Finsa.
Meraka bercakap seperti berbisik-bisik karena takut dimarahi kelas dan ditambah hukumannya. Sejak itulah mereka saling kenal. Lama kelamaan semakin dekat dan memjadi sebuah persahabatan.
Waktu kelas x mereka selalu bersama-sama karena satu kelas. Naik kelas x1 mereka terpisah karena jurusan yang berbeda. NEisya masuk X1 IPA 3, Aufa masuk X1 IPA 1, Finsa masuk X1 IPS 2, Arsya masuk X1 IPA 4. Walaupun mereka tidak ada yang satu kelas, kebersamaan meraka tetap terjaga. Mereka ketemu waktu istirahat atau buat acara kemana biar bisa meluangkan waktu bersama.
Seperti halnya anak-anak remaja lain, mereka juga suka sama lawan jenis atau punya gebetan. Terutama Arsya, dia cantik memang cantik, pintar. Arsya disukai banyak cowo tapi ia memilih ngga pacaran, dan konsen terhadap pelajaran agar cita-citanya tercapai. Bukan Cuma Arsya, tapi Neisya, Aufa dan FInsa mengambil perinsip yang sama. Mereka lebih enak menjadi komunitas IJO LUMUT (Ikatan Jomblo Lucu dan Imut).
“NAFA tidak akan pacaran di SMA, kecuali udah kuliah boleh-boleh saja.”
Satu tahun kemudian. NAFA akan berpisah, karena kita harus melanjutkan cita-cita mereka.
Neisya bercita-cita menjadi guru sehingga mengambil fakultas yang sesuai dengan cita-citanya.
Aufa ingin menjadi penilis sehingga ia mengambil jurusan sastra. Finsa mengambil ekonomi akutansi karena ingin menjadi sekertaris. Arsya mengambil fakultas kedokteran, ia ingin menjada dokter.
Perjalanan mencapai cita-cita pun tak semudah membalikan tangan, penuh dengan cobaan dan pelu perjuangan besar.
Satu tahun kemidian, Neisya harus kehilangan ayahnya meninggal akibat sakit parah. Neisya jadi menaggung beban keuangan kuliahnya. Ia mencari kerjaan dengan melamar 10 lebih perusahaan, tetapi tidak ada lowongan pekerjaan.
Aufa sangat sedih orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ia tidak tahu harus bagainana lagi. Ia tidak bisa bicara dengan orang tuanya apa yang ia rasakan. Ia selalu berdoa,
“Ya Allah, berikan aku petunjuk agar bisa bicara dengan ayah dan ibu apa yang aku rasakan. Aku kesepian, “doa Aufa.
Finsa dan Arsya masih saudara. Mereka agak lebih dekat. Firsa tidak di izinkan jadi sekertaris, ibunya ingin Finsa mengelola restoran ibunya. Ia tetap bertekad mencapai cita-cita menjadi sekertaris. Walaupun harus membantah keinginannya orang tuanya.
Arsya yang selalu baek sama teman. Temannya tidak suka dengan Arsya. Arsya di fitnah kalau Arsya itu sering ke rumah.
Neisya pekerjaen menjadi guru les, walaupun gajinya pas, yang penting bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan ibunya dan cukup untuk membayar kuliahnya.
Doa Aufa terkadul ibu dan ayahnya bertanya,”kenapa sering murung, tidak mau makan dirumah?”.
“Males lah bu, ayah sama ibu juga ngga pernah mau makan bareng, sibuk dengan urusan sendiri-sendiri, “jawab Aufa.
“Maaf ya Fa, ayah sama ibu jarang dirumah. Ibu akan mengurangi kegiatan ibu, ibu mau lebih meluangkan waktu buat kamu, “kata ibu.
“beneran bu……….!!!!”Aufa meyakinkan ibu.
“Ya”jawab ibu.
“Makasih banget bu, “Aufa sangat bahagia, sambil menitihkan air mata dan memeluk ayah dan ibunya.
Finsa berani bicara dengan orang tuanya, kalau Finsa tidak bisa mengelola restoran. Karena ia ingin memjadi sekertaris. Orang tuanya pun berkata “ya udah terserah kamu, yang penting kamu bisa menggapai cita-cita mu.”Finsa senang mendengar perkataan orang tuanya.
Teman-teman Aufa meminta maaf karena sudah memfitnah Aufa. Pacar Aufa juga jadi tambah perhatian, saying, pengertian. Aufa pun jadi lebih bahagia karena masalahnya sudah selesai.
Beberapa tahun kemudian. Neisya lulus kuliah dan menjadi guru, teryata perjuangannya tidak sia-sia dan membuahkan hasil yang memuaskan.
“Sya, maafkan ibu, ibu tidak bisa Bantu apa-apa, tetapi kamu malah sudah sukses dengan kerja keras sendiri, “kata ibu
“Ngga app-apa bu, justru saya lebih tahu apa arti hidup, “
Aufa, Finsa dan Arsya juga lulus. Cita-cita mereka pun tercapai. Aufa menjadi penulis novel. Finsa jadi sekertaris perusahaan besar. Arsya jadi dokter di sebuah rumah sakit. Semuanya telah menentukan cahaya mereka masing-masing. Hidup mereka sangat bahagia.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar