Custom Search

Selasa, 03 Februari 2009

SAAT TERINDAH

Namaku Rasya aku tinggal bersama ayah dan ibuku .Aku juga mempunyai seorang adik dia baru berumur enam tahun ,namanya Indra.Sekarang aku duduk di kelas satu SMA.Pagi itu aku bangun kesiangan,aku segera lari dari tempat tidurku.Sepertinya aku tak sadar apa yang aku lakukan.Aku langsung beranjak pergi kesekolah tanpa menghiraukan teriakan ibuku yang menyuruhku sarapan pagi,yang aku ingat adalah jam pertama kelasku adalah pak Zaenal guru yang paling tidak suka jika murid-muridnya terlambat.Aku mengendarai sepeda motorku dengan kecepatan penuh.Ternyata yang aku khawatirkan terjadi juga.Pak Zaenal telah masuk dan mengajar di kelas kami.Beliau melihatku dengan wajah yang sangat menakutkan bagai orang yang baru tersambar petir.Aku segera mendekat kearahnya dengan langkah ragu "Maaf pak,saya terlambat "kataku dengan menyembunyikan rasa takut yang menyelimuti pikiranku.Tiba-tiba suara bagaikan petir menggelegar di telingaku "Kamu tau tidak ini jam berapa?"

"Ta…tau pak" Kataku gugup

"Sekarang juga buat surat peryataan,dan kamu tidak boleh mengikuti pelajaran saya"

"Ta..tapi pak "

"Apa mau saya tambahkan lagi hukumannya?".

Aku pergi meninggalkan ruang kelas dan mengerjakan perintah pak Zaenal.Aku duduk di koridor depan kelasku sambil mengerjakan tugas.Tiba-tiba pandanganku tertuju pada seorang lelaki yang tak pernah kulihat sebelumnya dia menghampiriku dan bertanya

"Maaf,ruang kepala sekolah di mana ya?"

""Tinggal lurus kemudian belok kekanan dan ruangan nomor dua itu ruang kepala sekolah"

"Terimakasih"jawabnya.Kemudian dia pergi dan aku tetap menjalankan hukumanku.

Bel berbunyi,Pak Zaenal keluar dari ruang kelasku dan aku menyerahkan surat pernyataan itu.Aku segera masuk ke kelas.Bu Nuri datang bersama laki-laki yang kutemui di koridor tadi.Dan ternyata dia adalah murid baru.Dia memperkenalkan diri dan menyebutkan namanya."Nama saya Iran,saya pindahan dari Bandung" jelasnya.Arah pandangannya tertuju padaku,dia tersenyum manis kepadaku dan aku pun membalas senyumannya..Dia duduk di sebelahku "Hay…aku Iran"katanya memperkenalkan diri kepadaku "Namaku Rasya"jawabku memperkenalkan diri.Makin lama aku dan dia semakin akrab setiap aku ada masalah pasti aku akan menceritakannya kepada Iran begitu juga sebaliknya dia sering menceritakan pengalamannya ketika masih di Bandung.Aku sangat senang jika dia mulai bercerita karena menurutku seluruh ceritanya menarik dan tak membosankan.Dia juga pernah bercerita ketika terpisah dengan teman-temannya waktu camping.Dan dia juga pernah bercerita kalau dia pernah merasa kecewa kepada seorang perempuan yang telah diberi kepercayaan tetapi dia menyia-nyiakan kepercayaan itu.Jelasnya semua yang Iran ceritakan sangat menarik untukku.

Hari minggu kami berjanji akan pergi untuk merayakan hari ulang tahunku.Kami bersepakat bertemu di taman dekat sekolah.Aku datang satu jam lebih awal karena aku takut terlambat.Aku menunggu dengan tak sabar.Tetapi dia tak kunjung datang juga.Aku dengan sabar menunggu tetapi tak terlihat batang hidungnya juga.Tiba-tiba hujan turun aku menunggunya dengan harapan dia akan datang memenuhi janjinya.Tapi harapanku telah sirna aku sangat kecewa karena dia telah membohongiku.Aku akhirnya pulang dengan harapan kosong."Rasya,kenapa basah kuyup begitu?"ibu menegurku.Tapi aku tak memperdulikannya,aku langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.Keesokan paginya Iran menemuiku dan berkata"Sya,maaf kemarin aku mendadak ada latihan basket!".Aku tidak perduli apa katanya,aku pergi meninggalkan dia sendiri.Dia tetap minta maaf kepadaku.

"Apa kamu tau berapa jam aku menunggumu!"tanyaku dengan sedikit emosi

"Aku tau aku minta maaf"jawab Iran sambil menundukkan kepalanya dalam.

"Maaf,gampang sekali kamu ngomong maaf kamu kira dengan maaf rasa kecewaku bakalan ilang gitu aja?"kataku sambil meneteskan air mata yang tak dapat kubendung lagi.Aku berlari tanpa menghiraukannya.Kami duduk tanpa sepatah katapun keluar dari mulut kami.Tak terasa bel pulang sekolah berbunyi kami tetap diam membisu

Siang pun berubah menjadi malam mataharipun menghilang dan berganti menjadi bulan.Tok…tok…tok terdengar suara orang mengetuk pintu.Adikku meloncat dari sofa dan langsung membukakan pintu.

"Ka.ada teman kaka di luar!"teriak Adikku dengan suaranya yang sedikit cempreng.

"Siapa?"tanyaku.

"Tidak tau dia laki-laki dan ganteng lho…!"Aku menemuinya dan ternyata itu adalah Iran.Aku mencoba menutup pintu tetapi Iran menahannya

"Sya, tunggu dulu kita perlu bicara".pintanya kepadaku.

Aku membuka pintu dan memberikan kesempatan berbicara padaku

"Apa yang perlu kita bicarakan?"..Dia mendekat kepadaku dan memelukku dengan erat aku mencoba melepaskannya tapi dia justru memelukku lebih erat lagi.Kudengar suaranya yang lembut namun jelas menggema di telingaku"Sya,maaf aku telah menggingkari janjiku dan membuatmu kecewa,tapi sungguh aku tak bermaksud membohongimu".Air mata menetes dari kedua bola mataku.Dia melepas pelukannya dan mengusap air mata yang membasahi pipiku.Dia mengeluarkan sebuah boneka teddy bear dan sekotak kue ulangtahun.Air mataku semakin deras mengalir aku tak menyangka kalau dia akan melakukan hal seperti itu."Selamat ulangtahun!"katanya sambil memberikan boneka teddy bear kepadaku.Aku memeluknya dan berkata"Terimakasih".Hubungan kamipun mulai membaik kami kembali bersama seperti dulu bahkan lebih.

Pagi itu aku berangkat kesiangan lagi,tapi untungnya jam pertama bukanlah jam pak Zaenal.Setibanya di kelas,aku melihat tempat dudukku telah ditempati oleh Fany anak yang paling aku benci di kelas.Bagaimana tidak,dia selalu tidak setuju dengan apa yang menjadi pendapatku.Padahal setahuku aku tidak pernah punya masalah dengannya."Maaf ini tempat dudukku!"kataku halus.Tetapi dia malah tak memperdulikan apa yang aku bicarakan

"Maaf,ini bangkuku bisa tidak kamu minggir?"kataku dengan nada sedikit membentak

"He…bisa tidak ngomong yang pelan!"katanya dengan ketus

"He…aku tadi juga udah ngomong kamunya aja yang tuli!"

Bu Sintya masuk dan terpaksa aku yang mengalah walaupun terasa berat.Aku melihat Iran dan Fany begitu akrab dan tak tau kenapa aku seperti tidak rela melihat semua itu,mungkin karena biasanya aku yang selalu begitu.

Bel pulang sekolah berbunyi hujan turun dengan lebatnya."Hay..." Kata Iran mengagetkanku.

"Iran,apaan sich bikin orang kaget aja"

"Maaf,dech!eh...pulang bareng mau nggak?"

"Boleh kenapa engga"

Dia mengantarku sampai kedepan rumah.Entah kenapa aku seperti tidak mau berpisah dengannya walaupun hanya sedetik.Tapi, aku harus segera masuk ke rumah karena pasti ibu sudah menungguku karena aku pulang terlambat hari ini.Aku segera masuk kerumah dan hanya mengucapkan terimakasih padanya..Aku berfikir apakah aku telah jatuh cinta kepada Iran?Tapi tidak Iran hanyalah sahabatku mungkin itu yang membuatku selalu ingin di dekatnya.Tapi,aku binggung kalau aku melihat dia bersama dengan Fany aku aku selalu tak rela..

Hari ini adalah pertandingan basket antar SMA Iran pun ikut karena dia adalah salah satu pemain terbaik di sekolah kami.Aku sengaja datang untuk melihat permainannya.Ternyata kedatanganku tidaklah sia-sia.Tim sekolah kami yang memenangkan pertandingan itu.Aku menemui Iran dan mengucapkan selamat kepadanya

"Selamat tadi keren lho,aku ga nyangka kamu sehebat itu!"

"Gimana nanti malam kita pergi kan nanti malam minggu sekalian aku menebus kesalahanku"

"Baik nanti kamu jemput aku jam delapan okey!".

Jam delapan tepat dia sudah menjemputku,dan aku pergi

bersamanya.Dia mengajakku kesebuah café disana sudah tersedia tempat untuk kami berdua.Alunan musik yang syahdu melarutkan suasana malam itu,apalagi malam itu dipenuhi bintang yang membentuk sebuah gugusan yang indah.Memang benar kekuasaan Tuhan tiada tara.Malam semakin larut udarapun semakin dingin.Tiba-tiba Iran membuka jaketnya dan memberikannya padaku.Aku tercengang melihatnya

"Iran…!"

"Sudah pake aja udara udah mulai dingin."

Aku terdiam dan memandangnya dengan penuh heran kenapa dia melakukan itu semua.Dia mengajakku pulang karena dia sudah berjanji akan membawaku pulang tepat jam sepuluh.Seperti biasa dia mengantarku hanya sampai di depan rumah

"Ga masuk dulu?"kataku menawarkan

"Nggak,udah malem,lain kali aja!"

"Ya udah makasih,ati-ati di jalan"

Kemudian dia pulang.Saat itu aku merasa senang entah kenapa tapi aku tidak pernah merasakan kesenangan yang seperti aku rasakan saat ini.Hatiku mulai bingung apakah benar aku suka padanya ataukah hanya perasaan sebatas sahabat?

Hari ini,Iran tak berangkat padahal dia salahsatu murid teladan di kelas.Sepulang sekolah aku langsung pergi ke rumahnya karena tidak ada surat ataupun keterangan yang menjelaskan ketidakhadirannya itu.Setibanya aku di rumahnya aku lihat rumahnya sepi tak ada satu orangpun yang berada di rumah itu.Akhirnya aku pulang dengan rasa penasaran yang tak terjawab.Malam harinya aku mencoba menghubunginya tetepi tetap tidak ada jawaban.Keesokan paginya Iran masuk seperti biasa dan aku menanyakan ketidakhadirannya "Kemarin aku pergi ke Bandung" jawabnya.Tetapi yang membuatku tak percaya dia kelihatan seperti menahan sakit yang luar biasa

"Kamu sakit?"

"Nggak siapa bilang aku sakit aku baik-baik aja ko".

Tapi aku tak percaya karena terlihat jelas raut wajahnya yang menahan rasa sakit.Berulang kali kutanyakan hal yang sama tapi jawabannya pun tak berubah.Entah kenapa aku masih tak percaya apa yang dia katakan.

Nanti sore Iran akan main ke rumahku,seperti biasa,karena setiap hari sabtu kegiatan rutinnya adalah berkunjung ke rumahku.Tapi,hari ini Iran tak terlihat batang hidungnya.Aku menunggu diteras rumah dengan perasaan yang tak tentu.Apalagi dari tadi aku menghubunginya tetapi tak ada jawaban.Langit mulai mendung sepertinya akan turun hujan.Aku segera masuk ke dalam rumah.Hujan turun dengan lebatnya seperti airbah yang turun dari langit.Tiba-tiba aku mendengar suara klakson berbunyi aku membuka jendelaku dan yang kulihat adalah tubuh Iran yang basah kuyub terkena air hujan.Aku segera berlari dan membukakan pintu untuknya.

"Iran,apa yang kamu lakukan?udah tau ujan masih aja datang ke sini!"

"Sorry,aku telat tadi abis nganter Fiona!"

"Ya udah cepetan masuk"

Aku menyuruhnya masuk dan memberikan handuk hangat untuknya

"Nih pake! terus nanti kamu pake baju ayahku aja"

"Kalo gitu aku kekamar mandi dulu"jawabnya dengan rasa dingin.

Aku teringat akan novel yang akan aku pinjam darinya.Tanpa basa-basi aku membuka tasnya,kemudian aku melihat secarik kertas yang terjatuh dari tasnya.Aku segera membuka kertas itu dan ternyata isinya adalah keterangan kalau ternyata Iran menderita kanker otak stadium akhir.Aku tak percaya apa yang baru saja kubaca.Bersamaan dengan itu Iran datang.Kemudian aku menatapnya dengan air mata yang tak bisa kubendung lagi

"Kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku?"kataku sambil mengeluarkan air mata yang membasahi pipiku ".

Dia mendekat kepadaku dan berkata "aku tak bermaksud membohongimu "

"tapi kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku?".

Kemudian dia memelukku sangat erat lebih erat dari pelukannya waktu itu,kemudian kata-kata lirih namun jelas terdengar di telingaku "aku,ngak mau kamu sedih dan terus mikirin aku,aku bisa tegar dan terus berusaha hidup karena senyummulah yang menguatkan aku dan membuat aku yakin bahwa harapanku masih ada"

"tapi kenapa kamu harus bohong?kenapa kamu harus menyembunyikan ini semua dari aku?"jawabku

"maafin aku,mulai detik ini,aku janji nggak akan bohong lagi sama kamu"

Dia melepaskan pelukannya dan menghapus air mataku..

Keesokan harinya aku meliat Iran yang seperti biasa,seperti tidak ada sesuatu yang terjadi.Dia bersenda gurau bermain bersama teman-temannya.Tak ada sedikitpun nampak wajah seseorang yang terkena kanker,tapi entah kenapa justru aku yang menangis melihatnya.Aku tak percaya kalau Iran memiliki hati yang setegar itu.Saat itu aku sadar kalau aku tidak boleh memperlihatkan kesedihanku padanya,karena aku harus menemaninya melawan penyakit itu.Kemudian Iran melihat ke arahku.Aku mengusap air mataku dan tersenyum kepadanya.Sore harinya Iran mengajakku pergi.Tapi dia tidak mengatakan kita mau pergi kemana "Sebenernya kita mau kemana?"tanyaku "Udahlah,nanti juga kamu tau".Kami tiba disebuah bukit yang sangat indah "Kenapa kita kesini?"tanyaku

"Kamu liat nggak pemandangan dari atas sini?!"

"Dari sini kita bisa liat seluruh kota"lanjutnya.

Kemudian aku melihat sekeliling dan ternyata benar dari sana aku bisa melihat seluruh lampu di kota dan yang lebih menakjubkan lagi dari tempat itu aku bisa melihat bintang yang bersinar dilangit,

"Kamu liat bintang yang paling terang itu?"katanya sambil menunjuk kearah bintang yang paling terang

"Itu adalah bintang harapan setiap aku merasa bahwa aku sudah tak memiliki harapan lagi,aku selalu melihat bintang itu dan merasakan kalau harapan itu masih ada jika kita percaya akan hal itu"lanjutnya.

Aku menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.Aku terus menatapnya sampai-sampai keheningan mulai diantara kita berdua.Kemudian Iran mengeluarkan sesuatu yang ternyata sebuah kalung.Dia memakaikan kalung itu di leherku,aku tercengang dibuatnya

"Apa ini?"tanyaku

"Ini adalah bintang harapan kamu liat kan ada bintang dikalungnya,aku sengaja bawain itu khusus buat kamu biar kamu terus mempunyai harapan"jelasnya.

Lalu dia mengajakku pulang.

Hari ini tak seperti biasa mendung menyelimuti seluruh langit,menghalangi matahari memancarkan sinarnya kebumi.Perasaanku mulai tak tentu bayangan Iran selalu terlintas dibenakku.Aku mulai khawatir sesuatu yang buruk terjadi.Gerimis mulai turun disertai angin yang tak begitu kencang.Terdengar suara telephone berdering,kemudian aku mengangkatnya "Hallo ini siapa ya?"terdengar suara wanita yang sepertinya sedang menangis

"Ini ibunya Iran,saat ini iran sedang di rumah sakit dan terbaring koma".Aku menjatuhkan gagang telepon dan segera berlari tak perduli hujan ataupun angin topan yang akan menghalangi langkahku.Yang terpenting sekarang adalah Iran.Dengan basah kuyub aku tiba di rumah sakit.Aku melihat keluarga Iran menangis di depan kamarnya.Perasaanku semakin tak menentu aku segera menanyakan sebenarnya apa yang telah terjadi"Tante,sebenarnya ada apa?Iran nggak kenapa-napa kan?".Tapi tak ada satu jawabanpun kudengar,hanya isak tangis yang menjadi jawaban atas semua pertanyaanku tadi.Aku masuk ke dalam kamar Iran dirawat.Tapi,apa yang aku lihat hanya sesosok tubuh yang terbujur kaku dan tertutup kain putih.Aku mendekati tubuh itu dan membuka kain putih itu.Dan ternyata itu adalah Iran.Air mata mengalir deras dari kedua mataku. "Iran bangun,ayo bangun!"kataku "Kenapa kamu selalu bohong sama aku,kamu janji kamu nggak akan bohong lagi sama aku.tapi kenapa kamu bohong lagi?kamu pernah bilang kalau kamu akan terus ngejagain aku,tapi apa kamu malah pergi gitu aja".Air mataku terus mengalir seperti tak bisa dihentikan lagi."Ran,kamu inget nggak waktu pertama kali kita ketemu kamu nanya ke aku dimana ruang kepala sekolah,waktu itu aku lagi dihukun sama pak Zaenal,guru yang paling kita benci.Terus,kamu masuk ke kelas dan duduk disebelahku.Aku juga pernah marah ama kamu gara-gara kamu nggak datang ke taman waktu aku ulang tahun.Ran kamu inget kan?"ceritaku sambil mengeluarkan air mata yang tak kunjung berhenti.Sesaat kemudian dua orang suster membawa Iran pergi.Tapi,aku tidak bisa melakukan apapun yang aku bisa hanyalah melihat mereka membawa Iran pergi meninggalkan aku sendiri di kamar itu.Pandanganku tetuju pada secarik kertas yang tergeletak di atas meja.Ku buka kertas itu dan ternyata itu adalah surat yang Iran tulis untukku.

Untuk Rasya

Mungkin saat ini kamu benci banget sama aku,karena aku udah bohong sama kamu.Tapi,aku aku lakuin itu semua biar aku nggak kehilangan senyuman darimu,karena senyuman itulah aku dapat bertahan dan tegar melewati semua ini.Aku nggak tau apa yang akan terjadi kalau aku certain semuanya dari awal mungkin aku nggak akan bertahan sampai saat ini.Aku juga minta maaf aku udah nggak bisa jaga kamu karena mungkin pertemuan kita hanya sampai ini aja,tapi kamu nggak usah khawatir,walaupun dunia kita udah beda,tapi aku akan selalu ada di dalam hati kamu.Dan akan selalu ada.Jadi,kamu harus tetep tersenyum untukku dan semua orang.Jadilah Rasya yang tegar dan nggak mudah putus asa.Dan aku juga mau berterimakasih sama kamu karena kamu udah memberikan makna hidup yang sesungguhnya sama aku.Walaupun hidupku tak sepanjang orang lain.Sekali lagi terimakasih.AKU SAYANG KAMU

IRAN

Setelah aku membaca surat itu aku sadar bahwa perjalanan hidupku masih panjang.Dan yang aku harus tau bahwa Iran akan selalu menemaniku setiap saat.Terimakasih Iran.Engkau tak akan ku lupakan sampai kapanpun.Aku janji.

1 komentar:

  1. skip to main | skip to sidebar
    BELAJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

    teori bahasa, teori sastra, contoh karya sastra, contoh karya ilmiah
    Selasa, 2009 Februari 03
    SAAT TERINDAH Oleh:IKA X.1
    Oleh:

    IKA AYUNINGTYAS (18/X.1)






    SAAT TERINDAH

    Namaku Rasya aku tinggal bersama ayah dan ibuku .Aku juga mempunyai seorang adik dia baru berumur enam tahun ,namanya Indra.Sekarang aku duduk di kelas satu SMA.Pagi itu aku bangun kesiangan,aku segera lari dari tempat tidurku.Sepertinya aku tak sadar apa yang aku lakukan.Aku langsung beranjak pergi kesekolah tanpa menghiraukan teriakan ibuku yang menyuruhku sarapan pagi,yang aku ingat adalah jam pertama kelasku adalah pak Zaenal guru yang paling tidak suka jika murid-muridnya terlambat.Aku mengendarai sepeda motorku dengan kecepatan penuh.Ternyata yang aku khawatirkan terjadi juga.Pak Zaenal telah masuk dan mengajar di kelas kami.Beliau melihatku dengan wajah yang sangat menakutkan bagai orang yang baru tersambar petir.Aku segera mendekat kearahnya dengan langkah ragu "Maaf pak,saya terlambat "kataku dengan menyembunyikan rasa takut yang menyelimuti pikiranku.Tiba-tiba suara bagaikan petir menggelegar di telingaku "Kamu tau tidak ini jam berapa?"

    "Ta…tau pak" Kataku gugup

    "Sekarang juga buat surat peryataan,dan kamu tidak boleh mengikuti pelajaran saya"

    "Ta..tapi pak "

    "Apa mau saya tambahkan lagi hukumannya?".

    Aku pergi meninggalkan ruang kelas dan mengerjakan perintah pak Zaenal.Aku duduk di koridor depan kelasku sambil mengerjakan tugas.Tiba-tiba pandanganku tertuju pada seorang lelaki yang tak pernah kulihat sebelumnya dia menghampiriku dan bertanya

    "Maaf,ruang kepala sekolah di mana ya?"

    ""Tinggal lurus kemudian belok kekanan dan ruangan nomor dua itu ruang kepala sekolah"

    "Terimakasih"jawabnya.Kemudian dia pergi dan aku tetap menjalankan hukumanku.

    Bel berbunyi,Pak Zaenal keluar dari ruang kelasku dan aku menyerahkan surat pernyataan itu.Aku segera masuk ke kelas.Bu Nuri datang bersama laki-laki yang kutemui di koridor tadi.Dan ternyata dia adalah murid baru.Dia memperkenalkan diri dan menyebutkan namanya."Nama saya Iran,saya pindahan dari Bandung" jelasnya.Arah pandangannya tertuju padaku,dia tersenyum manis kepadaku dan aku pun membalas senyumannya..Dia duduk di sebelahku "Hay…aku Iran"katanya memperkenalkan diri kepadaku "Namaku Rasya"jawabku memperkenalkan diri.Makin lama aku dan dia semakin akrab setiap aku ada masalah pasti aku akan menceritakannya kepada Iran begitu juga sebaliknya dia sering menceritakan pengalamannya ketika masih di Bandung.Aku sangat senang jika dia mulai bercerita karena menurutku seluruh ceritanya menarik dan tak membosankan.Dia juga pernah bercerita ketika terpisah dengan teman-temannya waktu camping.Dan dia juga pernah bercerita kalau dia pernah merasa kecewa kepada seorang perempuan yang telah diberi kepercayaan tetapi dia menyia-nyiakan kepercayaan itu.Jelasnya semua yang Iran ceritakan sangat menarik untukku.

    Hari minggu kami berjanji akan pergi untuk merayakan hari ulang tahunku.Kami bersepakat bertemu di taman dekat sekolah.Aku datang satu jam lebih awal karena aku takut terlambat.Aku menunggu dengan tak sabar.Tetapi dia tak kunjung datang juga.Aku dengan sabar menunggu tetapi tak terlihat batang hidungnya juga.Tiba-tiba hujan turun aku menunggunya dengan harapan dia akan datang memenuhi janjinya.Tapi harapanku telah sirna aku sangat kecewa karena dia telah membohongiku.Aku akhirnya pulang dengan harapan kosong."Rasya,kenapa basah kuyup begitu?"ibu menegurku.Tapi aku tak memperdulikannya,aku langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.Keesokan paginya Iran menemuiku dan berkata"Sya,maaf kemarin aku mendadak ada latihan basket!".Aku tidak perduli apa katanya,aku pergi meninggalkan dia sendiri.Dia tetap minta maaf kepadaku.

    "Apa kamu tau berapa jam aku menunggumu!"tanyaku dengan sedikit emosi

    "Aku tau aku minta maaf"jawab Iran sambil menundukkan kepalanya dalam.

    "Maaf,gampang sekali kamu ngomong maaf kamu kira dengan maaf rasa kecewaku bakalan ilang gitu aja?"kataku sambil meneteskan air mata yang tak dapat kubendung lagi.Aku berlari tanpa menghiraukannya.Kami duduk tanpa sepatah katapun keluar dari mulut kami.Tak terasa bel pulang sekolah berbunyi kami tetap diam membisu

    Siang pun berubah menjadi malam mataharipun menghilang dan berganti menjadi bulan.Tok…tok…tok terdengar suara orang mengetuk pintu.Adikku meloncat dari sofa dan langsung membukakan pintu.

    "Ka.ada teman kaka di luar!"teriak Adikku dengan suaranya yang sedikit cempreng.

    "Siapa?"tanyaku.

    "Tidak tau dia laki-laki dan ganteng lho…!"Aku menemuinya dan ternyata itu adalah Iran.Aku mencoba menutup pintu tetapi Iran menahannya

    "Sya, tunggu dulu kita perlu bicara".pintanya kepadaku.

    Aku membuka pintu dan memberikan kesempatan berbicara padaku

    "Apa yang perlu kita bicarakan?"..Dia mendekat kepadaku dan memelukku dengan erat aku mencoba melepaskannya tapi dia justru memelukku lebih erat lagi.Kudengar suaranya yang lembut namun jelas menggema di telingaku"Sya,maaf aku telah menggingkari janjiku dan membuatmu kecewa,tapi sungguh aku tak bermaksud membohongimu".Air mata menetes dari kedua bola mataku.Dia melepas pelukannya dan mengusap air mata yang membasahi pipiku.Dia mengeluarkan sebuah boneka teddy bear dan sekotak kue ulangtahun.Air mataku semakin deras mengalir aku tak menyangka kalau dia akan melakukan hal seperti itu."Selamat ulangtahun!"katanya sambil memberikan boneka teddy bear kepadaku.Aku memeluknya dan berkata"Terimakasih".Hubungan kamipun mulai membaik kami kembali bersama seperti dulu bahkan lebih.

    Pagi itu aku berangkat kesiangan lagi,tapi untungnya jam pertama bukanlah jam pak Zaenal.Setibanya di kelas,aku melihat tempat dudukku telah ditempati oleh Fany anak yang paling aku benci di kelas.Bagaimana tidak,dia selalu tidak setuju dengan apa yang menjadi pendapatku.Padahal setahuku aku tidak pernah punya masalah dengannya."Maaf ini tempat dudukku!"kataku halus.Tetapi dia malah tak memperdulikan apa yang aku bicarakan

    "Maaf,ini bangkuku bisa tidak kamu minggir?"kataku dengan nada sedikit membentak

    "He…bisa tidak ngomong yang pelan!"katanya dengan ketus

    "He…aku tadi juga udah ngomong kamunya aja yang tuli!"

    Bu Sintya masuk dan terpaksa aku yang mengalah walaupun terasa berat.Aku melihat Iran dan Fany begitu akrab dan tak tau kenapa aku seperti tidak rela melihat semua itu,mungkin karena biasanya aku yang selalu begitu.

    Bel pulang sekolah berbunyi hujan turun dengan lebatnya."Hay..." Kata Iran mengagetkanku.

    "Iran,apaan sich bikin orang kaget aja"

    "Maaf,dech!eh...pulang bareng mau nggak?"

    "Boleh kenapa engga"

    Dia mengantarku sampai kedepan rumah.Entah kenapa aku seperti tidak mau berpisah dengannya walaupun hanya sedetik.Tapi, aku harus segera masuk ke rumah karena pasti ibu sudah menungguku karena aku pulang terlambat hari ini.Aku segera masuk kerumah dan hanya mengucapkan terimakasih padanya..Aku berfikir apakah aku telah jatuh cinta kepada Iran?Tapi tidak Iran hanyalah sahabatku mungkin itu yang membuatku selalu ingin di dekatnya.Tapi,aku binggung kalau aku melihat dia bersama dengan Fany aku aku selalu tak rela..

    Hari ini adalah pertandingan basket antar SMA Iran pun ikut karena dia adalah salah satu pemain terbaik di sekolah kami.Aku sengaja datang untuk melihat permainannya.Ternyata kedatanganku tidaklah sia-sia.Tim sekolah kami yang memenangkan pertandingan itu.Aku menemui Iran dan mengucapkan selamat kepadanya

    "Selamat tadi keren lho,aku ga nyangka kamu sehebat itu!"

    "Gimana nanti malam kita pergi kan nanti malam minggu sekalian aku menebus kesalahanku"

    "Baik nanti kamu jemput aku jam delapan okey!".

    Jam delapan tepat dia sudah menjemputku,dan aku pergi

    bersamanya.Dia mengajakku kesebuah café disana sudah tersedia tempat untuk kami berdua.Alunan musik yang syahdu melarutkan suasana malam itu,apalagi malam itu dipenuhi bintang yang membentuk sebuah gugusan yang indah.Memang benar kekuasaan Tuhan tiada tara.Malam semakin larut udarapun semakin dingin.Tiba-tiba Iran membuka jaketnya dan memberikannya padaku.Aku tercengang melihatnya

    "Iran…!"

    "Sudah pake aja udara udah mulai dingin."

    Aku terdiam dan memandangnya dengan penuh heran kenapa dia melakukan itu semua.Dia mengajakku pulang karena dia sudah berjanji akan membawaku pulang tepat jam sepuluh.Seperti biasa dia mengantarku hanya sampai di depan rumah

    "Ga masuk dulu?"kataku menawarkan

    "Nggak,udah malem,lain kali aja!"

    "Ya udah makasih,ati-ati di jalan"

    Kemudian dia pulang.Saat itu aku merasa senang entah kenapa tapi aku tidak pernah merasakan kesenangan yang seperti aku rasakan saat ini.Hatiku mulai bingung apakah benar aku suka padanya ataukah hanya perasaan sebatas sahabat?

    Hari ini,Iran tak berangkat padahal dia salahsatu murid teladan di kelas.Sepulang sekolah aku langsung pergi ke rumahnya karena tidak ada surat ataupun keterangan yang menjelaskan ketidakhadirannya itu.Setibanya aku di rumahnya aku lihat rumahnya sepi tak ada satu orangpun yang berada di rumah itu.Akhirnya aku pulang dengan rasa penasaran yang tak terjawab.Malam harinya aku mencoba menghubunginya tetepi tetap tidak ada jawaban.Keesokan paginya Iran masuk seperti biasa dan aku menanyakan ketidakhadirannya "Kemarin aku pergi ke Bandung" jawabnya.Tetapi yang membuatku tak percaya dia kelihatan seperti menahan sakit yang luar biasa

    "Kamu sakit?"

    "Nggak siapa bilang aku sakit aku baik-baik aja ko".

    Tapi aku tak percaya karena terlihat jelas raut wajahnya yang menahan rasa sakit.Berulang kali kutanyakan hal yang sama tapi jawabannya pun tak berubah.Entah kenapa aku masih tak percaya apa yang dia katakan.

    Nanti sore Iran akan main ke rumahku,seperti biasa,karena setiap hari sabtu kegiatan rutinnya adalah berkunjung ke rumahku.Tapi,hari ini Iran tak terlihat batang hidungnya.Aku menunggu diteras rumah dengan perasaan yang tak tentu.Apalagi dari tadi aku menghubunginya tetapi tak ada jawaban.Langit mulai mendung sepertinya akan turun hujan.Aku segera masuk ke dalam rumah.Hujan turun dengan lebatnya seperti airbah yang turun dari langit.Tiba-tiba aku mendengar suara klakson berbunyi aku membuka jendelaku dan yang kulihat adalah tubuh Iran yang basah kuyub terkena air hujan.Aku segera berlari dan membukakan pintu untuknya.

    "Iran,apa yang kamu lakukan?udah tau ujan masih aja datang ke sini!"

    "Sorry,aku telat tadi abis nganter Fiona!"

    "Ya udah cepetan masuk"

    Aku menyuruhnya masuk dan memberikan handuk hangat untuknya

    "Nih pake! terus nanti kamu pake baju ayahku aja"

    "Kalo gitu aku kekamar mandi dulu"jawabnya dengan rasa dingin.

    Aku teringat akan novel yang akan aku pinjam darinya.Tanpa basa-basi aku membuka tasnya,kemudian aku melihat secarik kertas yang terjatuh dari tasnya.Aku segera membuka kertas itu dan ternyata isinya adalah keterangan kalau ternyata Iran menderita kanker otak stadium akhir.Aku tak percaya apa yang baru saja kubaca.Bersamaan dengan itu Iran datang.Kemudian aku menatapnya dengan air mata yang tak bisa kubendung lagi

    "Kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku?"kataku sambil mengeluarkan air mata yang membasahi pipiku ".

    Dia mendekat kepadaku dan berkata "aku tak bermaksud membohongimu "

    "tapi kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku?".

    Kemudian dia memelukku sangat erat lebih erat dari pelukannya waktu itu,kemudian kata-kata lirih namun jelas terdengar di telingaku "aku,ngak mau kamu sedih dan terus mikirin aku,aku bisa tegar dan terus berusaha hidup karena senyummulah yang menguatkan aku dan membuat aku yakin bahwa harapanku masih ada"

    "tapi kenapa kamu harus bohong?kenapa kamu harus menyembunyikan ini semua dari aku?"jawabku

    "maafin aku,mulai detik ini,aku janji nggak akan bohong lagi sama kamu"

    Dia melepaskan pelukannya dan menghapus air mataku..

    Keesokan harinya aku meliat Iran yang seperti biasa,seperti tidak ada sesuatu yang terjadi.Dia bersenda gurau bermain bersama teman-temannya.Tak ada sedikitpun nampak wajah seseorang yang terkena kanker,tapi entah kenapa justru aku yang menangis melihatnya.Aku tak percaya kalau Iran memiliki hati yang setegar itu.Saat itu aku sadar kalau aku tidak boleh memperlihatkan kesedihanku padanya,karena aku harus menemaninya melawan penyakit itu.Kemudian Iran melihat ke arahku.Aku mengusap air mataku dan tersenyum kepadanya.Sore harinya Iran mengajakku pergi.Tapi dia tidak mengatakan kita mau pergi kemana "Sebenernya kita mau kemana?"tanyaku "Udahlah,nanti juga kamu tau".Kami tiba disebuah bukit yang sangat indah "Kenapa kita kesini?"tanyaku

    "Kamu liat nggak pemandangan dari atas sini?!"

    "Dari sini kita bisa liat seluruh kota"lanjutnya.

    Kemudian aku melihat sekeliling dan ternyata benar dari sana aku bisa melihat seluruh lampu di kota dan yang lebih menakjubkan lagi dari tempat itu aku bisa melihat bintang yang bersinar dilangit,

    "Kamu liat bintang yang paling terang itu?"katanya sambil menunjuk kearah bintang yang paling terang

    "Itu adalah bintang harapan setiap aku merasa bahwa aku sudah tak memiliki harapan lagi,aku selalu melihat bintang itu dan merasakan kalau harapan itu masih ada jika kita percaya akan hal itu"lanjutnya.

    Aku menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.Aku terus menatapnya sampai-sampai keheningan mulai diantara kita berdua.Kemudian Iran mengeluarkan sesuatu yang ternyata sebuah kalung.Dia memakaikan kalung itu di leherku,aku tercengang dibuatnya

    "Apa ini?"tanyaku

    "Ini adalah bintang harapan kamu liat kan ada bintang dikalungnya,aku sengaja bawain itu khusus buat kamu biar kamu terus mempunyai harapan"jelasnya.

    Lalu dia mengajakku pulang.

    Hari ini tak seperti biasa mendung menyelimuti seluruh langit,menghalangi matahari memancarkan sinarnya kebumi.Perasaanku mulai tak tentu bayangan Iran selalu terlintas dibenakku.Aku mulai khawatir sesuatu yang buruk terjadi.Gerimis mulai turun disertai angin yang tak begitu kencang.Terdengar suara telephone berdering,kemudian aku mengangkatnya "Hallo ini siapa ya?"terdengar suara wanita yang sepertinya sedang menangis

    "Ini ibunya Iran,saat ini iran sedang di rumah sakit dan terbaring koma".Aku menjatuhkan gagang telepon dan segera berlari tak perduli hujan ataupun angin topan yang akan menghalangi langkahku.Yang terpenting sekarang adalah Iran.Dengan basah kuyub aku tiba di rumah sakit.Aku melihat keluarga Iran menangis di depan kamarnya.Perasaanku semakin tak menentu aku segera menanyakan sebenarnya apa yang telah terjadi"Tante,sebenarnya ada apa?Iran nggak kenapa-napa kan?".Tapi tak ada satu jawabanpun kudengar,hanya isak tangis yang menjadi jawaban atas semua pertanyaanku tadi.Aku masuk ke dalam kamar Iran dirawat.Tapi,apa yang aku lihat hanya sesosok tubuh yang terbujur kaku dan tertutup kain putih.Aku mendekati tubuh itu dan membuka kain putih itu.Dan ternyata itu adalah Iran.Air mata mengalir deras dari kedua mataku. "Iran bangun,ayo bangun!"kataku "Kenapa kamu selalu bohong sama aku,kamu janji kamu nggak akan bohong lagi sama aku.tapi kenapa kamu bohong lagi?kamu pernah bilang kalau kamu akan terus ngejagain aku,tapi apa kamu malah pergi gitu aja".Air mataku terus mengalir seperti tak bisa dihentikan lagi."Ran,kamu inget nggak waktu pertama kali kita ketemu kamu nanya ke aku dimana ruang kepala sekolah,waktu itu aku lagi dihukun sama pak Zaenal,guru yang paling kita benci.Terus,kamu masuk ke kelas dan duduk disebelahku.Aku juga pernah marah ama kamu gara-gara kamu nggak datang ke taman waktu aku ulang tahun.Ran kamu inget kan?"ceritaku sambil mengeluarkan air mata yang tak kunjung berhenti.Sesaat kemudian dua orang suster membawa Iran pergi.Tapi,aku tidak bisa melakukan apapun yang aku bisa hanyalah melihat mereka membawa Iran pergi meninggalkan aku sendiri di kamar itu.Pandanganku tetuju pada secarik kertas yang tergeletak di atas meja.Ku buka kertas itu dan ternyata itu adalah surat yang Iran tulis untukku.

    Untuk Rasya

    Mungkin saat ini kamu benci banget sama aku,karena aku udah bohong sama kamu.Tapi,aku aku lakuin itu semua biar aku nggak kehilangan senyuman darimu,karena senyuman itulah aku dapat bertahan dan tegar melewati semua ini.Aku nggak tau apa yang akan terjadi kalau aku certain semuanya dari awal mungkin aku nggak akan bertahan sampai saat ini.Aku juga minta maaf aku udah nggak bisa jaga kamu karena mungkin pertemuan kita hanya sampai ini aja,tapi kamu nggak usah khawatir,walaupun dunia kita udah beda,tapi aku akan selalu ada di dalam hati kamu.Dan akan selalu ada.Jadi,kamu harus tetep tersenyum untukku dan semua orang.Jadilah Rasya yang tegar dan nggak mudah putus asa.Dan aku juga mau berterimakasih sama kamu karena kamu udah memberikan makna hidup yang sesungguhnya sama aku.Walaupun hidupku tak sepanjang orang lain.Sekali lagi terimakasih.AKU SAYANG KAMU

    IRAN

    Setelah aku membaca surat itu aku sadar bahwa perjalanan hidupku masih panjang.Dan yang aku harus tau bahwa Iran akan selalu menemaniku setiap saat.Terimakasih Iran.Engkau tak akan ku lupakan sampai kapanpun.Aku janji.
    Diposkan oleh diajengani di 16:29
    Label: Cerpen
    0 komentar:

    Poskan Komentar

    Posting Lebih Baru Posting Lama Halaman Muka
    Langgan: Poskan Komentar (Atom)
    Adsense Indonesia

    Masukkan Code ini K1-94F2D9-1
    untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
    KOMPAS.com

    * KONSERVASI : Manusia Itu Predatornya Harimau
    * NEWS : Setelah Api, Australia Waspadai Banjir
    * TREN : Cantik dengan Ruffled Blouse
    * EKONOMI : Menakertrans: SBY-JK Turunkan Jumlah Pengangguran
    * FISKAL & MONETER : Bankir Sambut Dingin Sekuritisasi Aset KPR

    KOMPAS.com - Oase

    * CAKRAWALA : Perlindungan Cagar Budaya Masih Lemah
    * CAKRAWALA : Bali Tuan Rumah Yoga Festival Internasional
    * CAKRAWALA : Ustad Mesir Syekh Ahmad Doakan Indonesia Lebih Baik
    * PUISIKU : Puisi-puisi Lian Kagura
    * CAKRAWALA : Kesamaan Budaya Pererat Yogyakarta-Kyoto

    BalasHapus